BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 21 September 2011


Santa Cruz – Astronom Amerika Serikat (AS) berhasil menemukan lubang hitam raksasa. Menariknya, lubang hitam raksasa ini berada pada tahap awal evolusi galaksi. Seperti apa?

Semua galaksi masif memiliki lubang hitam raksasa. Namun, menurut peneliti di University of California, Santa Cruz, (UCSC) lubang hitam aktif jarang ditemui dalam galaksi ‘kerdil’ kecil.

“Hal ini seperti tebakan telur, yang mana yang muncul duluan, lubang hitam raksasa atau galaksi masif?,” ujar peneliti Jonathan Trump.

Hasil studi menunjukkan, bahkan galaksi massa rendah memiliki lubang hitam raksasa. Trump dan rekannya menggunakan Hubble Space Telescope guna mempelajari galaksi yang jaraknya 10 miliar tahun cahaya dari Bumi ini.

Artinya, galaksi ini muncul saat semesta berusia kurang dari seperempat usianya saat ini.

“Kembali pada 10 miliar tahun silam, semesta masih remaja. Jadi, galaksi ini masih sangat kecil dan muda,” paparnya. Temuan ini melawan keyakinan pada formasi lubang hitam.

“Hingga kini, penelitian galaksi jauh secara konsisten mendukung temuan lokal. Kini kita punya teka-teki besar, apa yang terjadi pada galaksi kerdil ini?,” kata profesor astronomi an astrofisika UCSC Sandra Faber. Satu petunjuk bisa jadi fakta galaksi kerdil jauh secara aktif membentuk bintang baru.

“Tingkat pembentukan bintang mereka 10 kali Bima Sakti. Kemungkinan ada hubungan antara hal tersebut dengan inti galaksi aktif. Saat gas tersedia untuk membentuk bintang baru, gas ini juga tersedia untuk memberi makan lubang hitam,” katanya.

http://teknologi.inilah.com/read/detail/1776255/wah-ilmuwan-temukan-lubang-hitam-raksasa-aktif

Headline
dailymail.co.uk

Jakarta – Satelit NASA yang telah pensiun akan kembali memasuki Bumi dalam hitungan hari. Puing dari satelit ini akan tersebar di Bumi dan berpotensi menjatuhi pemukiman.

Beruntungnya, kemungkinan pemukiman kejatuhan puing dari satelit ini sangat kecil. “Kemungkinan puing menjatuhi wilayah pemukiman kecil sekali,” ujar Peneliti Senior Astronomi dan Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Prof. Dr. Thomas Djamaluddin saat diwawancara INILAH.COM via telepon (20/9).

Selain itu, menurutnya, sebagian puing dari sateli NASA ini akan jatuh ke lautan, gunung dan gurun. “Satelit semacam ini biasanya jatuh melewati ekuator. Mengingat posisi Indonesia di ekuator maka kemungkinan kejatuhan puing akan sangat kecil,” tandasnya.

Saat ini, posisi satelit berada di 190 km di atas permukaan bumi dan kecepatan untuk sampai pada titik kejatuhan di 120 km terjadi dalam hitungan hari dan kecepatan kejatuhan puing satelit ini dipengaruhi sinar matahari, lanjutnya.

Seperti dilaporkan Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) NASA, satelit seberat enam ton ini akan jatuh di 57 derajat lintang utara dan 57 derajat lintang selatan. Setengah puing satelit ini akan terbakar namun sisanya menghantam permukaan Bumi.

Selain itu, menurut NASA, kesempatan puing menimpa orang sangatlah kecil, yakni 1:3200.

http://teknologi.inilah.com/read/detail/1773346/dalam-beberapa-pekan-satelit-6-ton-hantam-bumi



Minggu, 18 September 2011

PLEIADES


Pleiades adalah gugusaan bintang (star clutser) yang letaknya berada di rasi Taurus. Pleiades dikenal dengan sebutan SEVEN SISTERS (tujuh saudara/bintang tujuh). Sekarang, dengan mata telanjang, kita dapat menyaksikan bintang bintang Pleiades tersebut. Pleiades juga merupakan salah satu gugus bintang yang terdekat dengan bumi. Jarak bintang Pleiades dari bumi sekitar 541 tahun cahaya. Bintang Pleiades yang paling terang dikenal dengan nama Alcyone (bisa lihat gambar dibawah). Kekuatan pancaran cahayanya yang tampak adalah 2.86, besar ukurannya adalah sembilan kali ukuran matahari, sedangkan suhu panas permukaannya lima kali suhu matahari. Bintang Pleiades terlihat sangat terang pada musim dingin . Bintang-bintang pada Pleiades berusia hampir sama (~ 100 juta tahun) karena terlahir pada satu awan gas antar bintang. Pleiades tergolong gugusan yang beranggotakan bintang yang sangat muda, bandingkan dengan umur Matahari kita yang sudah 4.6 Milyar tahun.

<-- nama bintang di gugusan pleiades

Gugus Pleiades didominasi oleh bintang-bintang biru panas yang terbentuk kurang dari 100 juta tahun yang lalu. Debu yang membentuk nebula pemantul di sekitar bintang-bintang terang awalnya dikira sebagai sisa-sisa pembentuknya (dari sini nama alternatif Nebula Maia diturunkan dari bintangMaia), namun sekarang diketahui bahwa nebula tersebut hanyalah awan debu medium antarbintangyang kebetulan sedang dilintasi oleh gugus. Astronom memperkirakan gugus akan bertahan hingga sekitar 250 juta tahun lagi, setelah itu gugus akan tercerai-berai karena interaksi gravitasi dengan obyek-obyek tetangganya (wikipedia)

Sedikit tentang mitologi dari gugusan Pleiades :

Pleiades adalah tujuh wanita bersaudara yang cantik, mereka adalah Maia, Electra, Alcyone, Taygete, Asterope, Celaeno dan Merope. Ayah mereka adalah Atlas, si pemanggul bumi, sedangkan ibu mereka adalah peri laut Pleione, pelindung para pelaut. Apabila kita tengok langit malam bulan Januari, Pleiades yang terletak di rasi Taurus, merupakan obyek langit yang menarik dan menakjubkan. Gugusan bintang ini merupakan subyek mitos dan legenda yang dapat ditemui pada hampir semua budaya yang ada di muka planet ini. Karena gugusan Pleiades dekat garis edar matahari (dalam jangkauan 4°) di rasi Taurus, ia merupakan obyek ‘musiman’ pada musim semi dan gugur bagi pengamat di bagian utara maupun di selatan khatulistiwa. Karena letaknya di ekliptik, gugusan bintang ini sering berokultasi dengan bulan dan planet-planet. Dan kejadian ini tidak diragukan lagi memesona nenek moyang dahulu.

Setelah pertemuan dengan Orion si pemburu, tujuh bersaudara Pleiades dan ibu mereka menjadi sasaran Orion yang mabuk kepayang oleh kecantikan mereka. Jatuh cinta pada wanita-wanita muda itu, dia mengejar mereka ke seluruh muka bumi. Karena kasihan melihat mereka dikejar-kejar, Zeus mengubah mereka menjadi sekawanan angsa, yang ia letakkan di surga. Hanya enam dari tujuh bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Mitos Yunani kuno menjelaskan menghilangnya bintang ke tujuh dalam berbagai versi. Menurut salah satu versi, semua Pleiades adalah abdi setia dewa, kecuali Merope. Dia mempermalukan saudara-saudaranya dengan perkawinan abadinya dengan Sysyphus, Raja dari Corinth. Versi lain mengenai ‘hilang’-nya bintang adalah mitos Electra, nenek moyang bangsawan Troya. Setelah Troya hancur, Electra yang bersedih meninggalkan saudara-saudara perempuannya dan berubah menjadi komet - yang untuk seterusnya dipercaya sebagai pemberi tanda akan adanya bencana.

Dalam versi lain, Pleiades adalah perawan-perawan yang mendampingi Artemis, dewi pemburu dan bulan dalam kepercayaan Yunani kuno. Diam-diam Orion si pemburu mengendap-endap dan memergoki tujuh bersaudara yang sedang bersenang-senang. Kaget oleh pemunculan Orion yang tiba-tiba, mereka lari berterbangan. Terpesona dengan kecantikan para gadis, Orion memburunya dengan semangat berapi-api pemburu sejati. Artemis sangat terganggu dan meminta bantuan Zeus, yang lalu menyelamatkan mereka menjadi sekawanan angsa yang terbang ke surga untuk menghidari sang pemburu, tapi yang juga memisahkan mereka dari dewi yang selama ini mereka temani. Artemis yang masih merasa terganggu meminta bantuan saudaranya Apollo, yang menciptakan kalajengking raksasa untuk menyerang Orion.

Legenda yang sama juga terdapat pada suku Indian Kiowa di Amerika Utara. Ke tujuh gadis tersebut dibawa ke langit oleh Roh Agung untuk menyelamatkan mereka dari kejaran beruang besar. Indian Mono Barat menganggap Pleiades sebagai kelompok para isteri yang sangat suka dengan bawang dan kemudian diusir oleh suami mereka yang marah. Menyesali perbuatannya, ia kemudian berusaha mencari isteri-isterinya, tapi tidak berhasil karena para isteri sudah berada di langit dan berubah menjadi Pleiades.