BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 20 Januari 2011

Inilah Ophiuchus, Zodiak Baru Berwujud Pria dan Ular Besar

13th sign of the Zodiac: Ophiuchus represents a man wrestling a serpent and was discarded by the Babylonians because they only wanted 12 constellations

13th sign of the Zodiac: Ophiuchus represents a man wrestling a serpent and was discarded by the Babylonians because they only wanted 12 constellations



Perlambangan 12 zodiak seperti Scorpio dengan kalajengkingnya dan Taurus dengan kerbaunya sudah diketahui khalayak umum. Lalu bagaimana dengan Ophiuchus yang menjadi zodiak ke-13?

Seperti yang dilansir dari dailymail.co.uk, Sabtu (15/1/2011), Ophiuchus sebenarnya sudah ada sejak bangsa Babylonia memberi nama 13 konstelasi bintang di langit. Namun, belakangan bangsa Babylonia 'menghilangkan' Ophiuchus karena mereka ingin jumlah konstelasi sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun.


Orang yang lahir 30 November-17 Desember akan memiliki bintang Ophiuchus yang dalam bahas Indonesia berarti 'pembawa ular'. Dalam astrologi, seseorang yang berbintang Ophiucus akan memiliki umur yang panjang, kreatif, dan punya visi.



Star sign


Ophiuchus muncul kembali dalam jajaran zodiak karena ahli astronomi dari Minneapolis, Profesor Parke Kunkle, berpendapat posisi sumbu bumi telah bergeser. Pergeseran ini menyebabkan zodiak yang semula 12 bintang menjadi 13 bintang.




-Aquarius : 17 Februari-11 Maret


-Pisces : 12 Maret-18 April


-Aries : 19 April-13 Mei


-Taurus : 14 Mei-21 Juni


-Gemini : 22 Juni-20 Juli


-Cancer : 21 Juli-10 Agustus


-Leo : 11 Agustus-16 September


-Virgo : 17 September-30 Oktober


-Libra : 31 Oktober-23 November


-Scorpio : 24 November-29 November


-Ophiuchus : 30 November-17 Desember


-Sagitarius: 18 Desember-20 Januari


-Capricorn : 21 Januari-16 Februari



The Earth 'wobbles' on its axis, so the star constellations we see change over a cycle of 26,000 years

The Earth 'wobbles' on its axis, so the star constellations we see change over a cycle of 26,000 years



Pendapat Kunkle menimbulkan pro kontra di masyarakat luas. "Dia (Kunkle-red) benar kalau bumi berubah, tetapi astrolog selama ini tidak mendasarkan prediksi mereka pada konstelasi bintang," ujar astrolog Jonathan Cainer.


"Sebuah bintang dinamakan atas konstelasinya, bukan pada posisi mereka di angkasa," lanjut Cainer.


Cainer mengatakan orang-orang tidak perlu mengkalkulasi ulang bintangnya setelah penambahan satu bintang Ophiuchus. "Ini penuh dengan omong kosong," kecamnya.

Ophiuchus, Zodiak Terbaru



static-p4.fotolia.com
Rasi bintang yang menaungi Anda bergeser, boleh jadi zodiak Anda kini tak lagi Leo.

Bagi penggemar astronomi, bersiaplah menerima perubahan. Karena boleh jadi, kini zodiak Anda berubah akibat pergeseran planet. Zodiak Anda bisa jadi bukan lagi Cancer dan berubah menjadi Gemini. Yang semula Pisces bisa berubah menjadi Aquarius. Namun beberapa di antara Anda bisa juga tak bergeser posisi zodiaknya, berdasarkan perhitungan ilmu astronomi.

"Zodiak selama ini sangat familiar didasarkan pada posisi bumi dan matahari, sejak 3.000 tahun lalu," kata astronom Parke Kunkle. Nah, karena planet mengalami pergeseran, zodiak juga ikut bergeser, lanjutnya. Kini, zodiak memiliki 13 lambang. Generasi terbaru yang lahir adalah Ophiuchus. Anda yang lahir pada periode 29 November hingga 17 Desember berada dalam naungan rasi bintang Ophiuchus.

Bagi yang meyakini adanya keterkaitan rasi bintang dengan kehidupan sehari-hari, boleh jadi berita ini memberikan pengaruh pada diri sendiri. Setidaknya, bersiap menerima perubahan atau boleh jadi Anda memang ternyata lebih cocok dengan karakter pada zodiak baru Anda nanti.

Berikut perubahan zodiak seperti diberitakan sejak Jumat (14/1/2011) lalu:

1. Capricornus: 20 Januari - 16 Februari
2. Aquarius: 16 Februari - 11 Maret
3. Pisces: 11 Maret - 18 April
4. Aries: 18 April - 13 Mei
5. Taurus: 13 Mei - 21 Juni
6. Gemini: 21 Juni - 20 Juli
7. Cancer: 20 Juli - 10 Agustus
8. Leo: 10 Agustus - 16 September
9. Virgo: 16 September - 30 Oktober
10. Libra: 30 Oktober - 23 November
11. Scorpio: 23 - 29 November
12. Ophiuchus: 29 November - 17 Desember
13. Sagitarius: 17 Desember - 20 Januari

Zodiak yang Terus Bergeser

Astrologi dan Astronomi



Zodiak berdasarkan rasi bintang


Awal tahun ini, publik kembali dibingungkan dengan isu pergeseran zodiak. Sebagian orang tak mau ambil pusing karena tak percaya dengan zodiak yang bisa memengaruhi nasib mereka. Namun, sebagian yang lain menolak pergeseran itu karena akan mengubah zodiak mereka yang sudah dianggap cocok dengan karakter dirinya.

Munculnya isu pergeseran zodiak ini bukan untuk yang pertama kali. Sejak internet mulai dikenal luas pada akhir 1990-an, isu ini muncul berulang setiap beberapa tahun sekali.

Hal yang terjadi sesungguhnya adalah pencampuradukan antara ilmu astronomi dan astrologi. Zodiak dalam astrologi, sejak dulu hingga kini, berjumlah 12 buah dengan rentang waktu masing-masing zodiak adalah 30 hari. Sementara dalam astronomi, zodiak sejak dulu sampai sekarang berjumlah 13 buah dengan rentang waktu setiap zodiak 7-45 hari.

Zodiak

Zodiak merupakan rasi bintang yang terletak di garis ekliptika. Rasi bintang merupakan kelompok bintang-bintang yang terlihat dari Bumi seolah-olah berdekatan. Padahal, bisa jadi bintang-bintang itu tidak memiliki hubungan apa pun.

Sementara garis ekliptika adalah jalur semu Matahari mengelilingi Bumi. Disebut semu karena sejatinya Bumi-lah yang mengelilingi Matahari. Namun, bagi pengamat di Bumi, Matahari-lah yang terlihat bergerak.

Rentang waktu zodiak menunjukkan kapan Matahari melintasi zodiak tersebut. Dalam astronomi, rentang waktu Aries adalah 18 April-13 Mei. Artinya, Matahari melintasi rasi Aries pada tanggal tersebut.

Dalam astronomi, zodiak berfungsi mempermudah pencarian dan penamaan obyek-obyek langit, seperti bintang, galaksi, gugus galaksi, dan supernova. Keberadaan zodiak tidak memiliki hubungan apa pun dengan nasib manusia.

Persatuan Astronom Internasional (International Astronomical Union) sejak 1922-1930 telah menetapkan 88 rasi bintang di seluruh bidang langit, termasuk 13 rasi zodiak, lengkap dengan batas-batasnya.

Dalam astrologi, 12 zodiak merupakan salah satu unsur yang (dikatakan) memengaruhi nasib manusia. Astrolog Intan Ophelia dalam situs opheliaastrologi.com menyebutkan, zodiak bukanlah satu-satunya alat untuk meramalkan nasib seseorang, tetapi juga perlu melihat aspek lain, seperti posisi benda-benda langit lainnya, terutama planet.

Bangsa yang pertama kali menggunakan astrologi untuk meramal nasib adalah Babilonia, sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM).

Pedro Braganca dalam tulisan Your Astrological Sign May Not be What You Think It is di LiveScience pada 23 Oktober 2007 mengungkapkan rentang waktu zodiak dalam astrologi yang rata-rata 30 hari diperoleh dengan membagi sama panjang jalur lintasan semu Matahari sesuai jumlah 12 zodiak.

Dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, mengatakan, tingkat ketelitian pengamatan dan penghitungan benda langit 4.000 tahun lalu tentu jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Kekurangakuratan penghitungan itulah yang membuat zodiak dalam astrologi berbeda dengan zodiak dalam astronomi.

Sejak digunakan tahun 3000 SM hingga kini, rentang waktu zodiak dalam astrologi tidak pernah mengalami koreksi, seperti yang dilakukan dalam astronomi. Perubahan kecil benda langit tidak akan tampak dalam rentang waktu tahunan, tetapi akan terlihat nyata bedanya dalam rentang waktu puluhan hingga ribuan tahun.

Pergeseran zodiak

Titik nol di garis ekliptika yang menjadi awal penentuan zodiak disebut sebagai Titik Aries karena titik tersebut berada di arah rasi Aries. Keberadaan Titik Aries ini sudah diketahui sejak 600 SM.

Dalam astronomi, Titik Aries menjadi perpotongan antara bidang ekliptika dan garis ekuator langit. Titik ini menjadi awal gerak semu Matahari di belahan langit utara serta penanda awal musim semi di belahan Bumi utara. Matahari akan kembali berada di Titik Aries dalam waktu satu tahun.

Ahli kalender dari Program Studi Astronomi ITB yang juga mantan Kepala Observatorium Bosscha Moedji Raharto mengatakan, posisi Titik Aries ini mulai bergeser sejak tahun 100 SM. Saat itu, posisi Titik Aries tak lagi berada di rasi Aries, tetapi sudah berada di rasi Pisces. Pergeseran ini akan berlangsung hingga tahun 2700.

"Jadi, pergeseran rasi ini bukan terjadi baru-baru saja, tetapi sejak 2.100 tahun yang lalu," ia menegaskan.

Selanjutnya, Titik Aries akan bergeser lagi menuju rasi Akuarius antara tahun 2700 hingga 4400, ke arah rasi Capricornus antara tahun 4400 hingga 6300, dan seterusnya.

"Rentang waktu zodiak akan terus berubah dengan periode sekitar 2.500 tahun," ujarnya.

Pergeseran Titik Aries yang memicu perubahan rentang waktu zodiak terjadi akibat gerak presesi Bumi. Gerak presesi adalah gerak perputaran Bumi pada sumbunya ketika pada saat yang sama Bumi juga bergerak mengelilingi Matahari. Gerak ini mirip gerak gasing yang berputar miring sembari melintasi jalur melingkar.

Gerakan sumbu Bumi itu membuat posisi ekuator Bumi bergerak. Perubahan posisi ekuator Bumi itu akan turut mengubah posisi ekuator langit. Akibatnya, perpotongan antara garis ekliptika dan ekuator langit yang disebut Titik Aries itu akan turut bergeser.

Gerak presesi membuat posisi Titik Aries bergeser 50,2 detik busur per tahun ke arah barat koordinat langit. Titik Aries akan kembali ke lokasi awalnya setiap 25.800 tahun sekali.

"Titik Aries akan kembali ke arah rasi Aries sekitar 23.000 tahun lagi," katanya.

Moedji menambahkan, pergeseran Titik Aries yang sangat kecil ini tidak bisa dideteksi dengan teknologi astronomi yang ada pada awal tahun Masehi. Perubahan posisi bintang mulai bisa dideteksi oleh astronom Muslim sekitar tahun 900 M-1500 M dengan menggunakan alat yang disebut sextant.

Dengan semakin majunya perkembangan ilmu astronomi, posisi benda-benda langit dapat dihitung dengan lebih akurat. Hasilnya, para astronom bisa mengukur waktu gerhana, gerak bintang, hingga waktu terbit dan tenggelamnya benda-benda langit dengan ketelitian tinggi.

Karena itu, perbedaan zodiak dalam astronomi dan astrologi tidak perlu dipertentangkan terus-menerus. Astronomi dan astrologi adalah dua hal yang berbeda walau memiliki akar sejarah keilmuan yang sama. Fenomena astronomi bisa dijelaskan sesuai metode ilmiah dan terukur, sedangkan astrologi sulit dibuktikan dengan metode ilmiah. Mau percaya atau tidak dengan ramalan bintang, itu adalah pilihan Anda.

Rabu, 19 Januari 2011

Bosscha Harus Tetap Dipertahankan


Seorang astronom sedang memotret gerhana bulan di Observatorium Bosscha pada dini hari.

Keberadaan Observatorium Bosscha harus tetap dipertahankan. Alasannya, observatorium yang berdiri sejak tahun 1923 ini memiliki peran signifikan dalam sejarah dan perkembangan astronomi Indonesia.

"Observatorium Bosscha sudah menjadi rumah bagi penelitian dan pengembangan astronomi Indonesia dan dunia. Sudah sepantasnya bila tempat ini dipertahankan," kata Kepala Observatorium Bosscha Hakim Malasan di Bandung, Jawa Barat, Minggu (16/1/2011).

Kabar pemindahan Observatorium Bosscha dari Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kembali mengemuka. Alasannya, kegiatan peneropongan di observatorium satu-satunya di Indonesia ini kini tak maksimal akibat polusi cahaya yang berasal dari lampu rumah tinggal dan bangunan lainnya yang ada di sekitar Bandung Barat dan Kota Bandung.

Beberapa opsi untuk tempat baru adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Puncak Dieng (Jawa Tengah), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat), dan daerah Timor Barat (Nusa Tenggara Timur).

Hakim memandang pembangunan observatorium baru akan sangat mendukung penelitian astronomi di Indonesia. Ia berharap keberadaan Bosscha tidak dihilangkan, tetapi sebaliknya justru bisa menjadi induk observatorium di Indonesia.

"Beberapa negara telah terinspirasi dengan keberadaan Bosscha, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Selain itu, baru-baru ini, nama empat mantan kepala Observatorium Bosscha diabadikan menjadi nama asteroid oleh International Astronomy Union. Hal itu membuktikan kalau peran Bosscha berperan besar bagi dunia," katanya.

Polusi cahaya Ditanya mengenai kendala polusi cahaya, Hakim mengatakan, hal inilah sebenarnya yang harus mendapat perhatian semua pihak. Ia berharap alih fungsi lahan dan pembuatan bangunan baru di sekitar Observatorium Bosscha bisa dihentikan.

Berdasarkan data Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat pada 2009, dalam radius kurang dari 1 kilometer ada beberapa titik yang telah berubah fungsi. Di arah barat laut terdapat kebun campuran seluas 187,36 hektar. Di arah barat terdapat permukiman penduduk seluas 61,88 ha. Di arah barat daya terdapat sawah, tegalan, dan kebun campuran seluas 119,38 ha. Sementara di timur terdapat peternakan seluas 1,8 ha.

Mantan Kepala Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat mengatakan, sebenarnya sudah banyak aturan hukum yang diberlakukan untuk melindungi Bosscha, di antaranya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan penetapan obyek vital nasional yang berlaku sejak 2008.

Selain itu, ada juga Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (KBU) dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pelestarian KBU. Namun, keberadaan aturan hukum itu belum berdampak signifikan.

"Butuh kepedulian dan kerja sama semua pihak untuk menyelamatkan dan membuat Bosscha tetap bisa memberikan manfaat bagi perkembangan astronomi," katanya.

Nama Asteroid Berdasarkan Nama Mantan Kepala Observatorium Bosscha


Observatorium Bosscha. kredit : ivie

Yang terbaru, pada bulan November 2010, IAU memberikan 4 nama Indonesia sebagai nama 4 asteroid yang berada di Sabuk Utama Asteroid. Keempat nama tersebut merupakan nama-nama mantan kepala Observatorium Bosscha yang diberikan oleh IAU sebagai penghargaan kepada Observatorium Bosscha yang merupakan observatorium di Indonesia sekaligus yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan astronomi di langit selatan.

Keempat nama tersebut diberikan pada 4 asteroid yang ditemukan oleh suami istri Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld yang melakukan analisa dari plat fotografi yang diambil oleh Tom Gehrels tanggal 16 Oktober 1977 dalam Palomar – Leiden Trojan Survey. Penemuan asteroid – asteroid tersebut dilakukan dengan menggunakan teleskop Schmidt 122cm di Observatorium Palomar. Dalam pengamatan tersebut, pemotretan dilakukan dengan menggunakan 68 plat untuk melakukan survei trojan di antara Mars- Jupiter. Di antara planet minor yang ditemukan, 4 asteroid yang diberi nama berdasarkan nama mantan kepala Observatorium Bosscha adalah :

12176 Hidayat / 3468 T-3
Bambang Hidayat promotor astronomi di Indonesia. Ia dikenal dalam pekerjaannya di bidang bintang ganda tampak dan bintang dengan garis emisi H. Ia juga menjadi direktur Observatorium Bosscha di Lembang dari 1968 – 1999 dan menjadi Wakil Presiden IAU dari 1994 – 2000.

Asteroid 12176 Hidayat. Kredit : NASA

12177 Raharto / 4074 T-3.
Diambil dari nama Moedji Raharto, seorang astronom Indonesia sekaligus dosen senior di Astronomi ITB. Ia pernah menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha dari tahun 1999 – 2004. Moedji bekerja dalam bidang Struktur Galaksi berdasarkan katalog Hipparcos dan IRAS-Point Source catalogue.

Asteroid 12177 Raharto. Kredit : NASA

12178 Dhani / 4304 T-3
Diambil dari nama astronom dan ahli Fisika Matahari Indonesia Dhani Herdiwijaya yang juga pernah menjabat sebagai direktur Observatorium Bosscha pada tahun 2004- -2006. Ia dikenal dengan pekerjaannya dalam hal bintang ganda, aktivitas magnetik Matahari dan kaitannya dengan cuaca dan iklim.

Asteroid 12178 Dhani. Kredit : NASA

12179 Taufiq / 5030 T-3
Dinamakan berdasarkan nama Taufiq Hidayat yang pernah menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha pada tahun 2006 – 2010. ia dikenal untuk pekerjaannya dalam bidang Tata Surya dan transit Extrasolar serta aktif menentang efek urbanisasi di sekeliling Observatorium Bosscha. Atau dengan kata lain problematika pembangunan di sekeliling Bosscha yang mengancam keberadaan Bosscha sebagai observatorium penelitian.

Asteroid 12179 Taufiq. Kredit : NASA

Selain ke-4 nama tersebut, sebelumnya sudah ada beberapa nama mantan kepala Bosscha yang juga diabadikan sebagai nama asteroid yakni :

2019 van Albada / 1935 SX1
Asteroid ini ditemukan tanggal 28 September 1935 oleh H. van Gent seorang astronom Belanda yang melakukan pengamatan dari Leiden Southern Station dan the Union Observatory di Johannesburg Afrika Selatan. Dinamakan berdasarkan nama Gale Bruno van Albada yang menjadi kepala Observatorium Bosscha pada bulan Mei 1949 s.d Juli 1958. Van Albada sendiri merupakan perintis pendidikan astronomi di Indonesia dan diangkat sebagai guru besar astronomi ITB pada tahun 1951.

5408 Thé / 1232 T-1

Dianamakan berdasarkan nama Thé Pik Sin, yang menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha dari 1959 -1968. Asteroid ini ditemukan oleh Cornelis Johannes van Houten, Ingrid van Houten-Groeneveld dan, Tom Gehrels pada 25 Maret 1971 dari pengamatan di Observatorium Palomar. Nama Thé diberikan sebagai penghargaan pada Thé Pik Sin pada ulang tahunnya yang ke-65.

Nama Asteroid Berdasarkan Kontribusi dari dan untuk Astronomi Indonesia

Selain nama-nama tersebut ada beberapa nama yang juga diberikan oleh IAU pada nama planet minor sebagai penghargaan atas kontribusi mereka dalam astronomi dari Hindia Belanda atau Indonesia, yakni :

5494 Johanmohr / 1933 UM1
Ditemukan pada tahun 1933 oleh Karl Wilhelm Reinmuth di Heidelberg dan diberi nama johanmohr sebagai penghargaan atas kesuksesan kontribusi Pendeta Johan Maurits Mohr (1716-1775) dalam pengamatan astronomi dan meteorologi. Termasuk di dalamnya pengamatan okultasi Venus di Batavia pada tahun 1761 dan 1769 dari observatorium pribadinya di Molenvliet, Batavia, Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

2378 Pannekoek / 1935CY
Dinamakan beradasarkan nama astronom Belanda Antonie Pannekoek dan ditemukan oleh H. van Gent tanggal 13 Februari 1935 di Johannesburg (LS). Pannekoek merupakan pembimbing dari G.B. van Albada dan memiliki peran yang besar bagi astronomi di Indonesia.

10966 van der Hucht / 3308 T-1

Ditemukan 26 Maret 1971 oleh C. J. van Houten, I. van Houten-Groeneveld dan T. Gehrels. Karel A. van der Hucht adalah astronom di Space Reserach Center Utrecht dan bekerja aktif dalam kajian bintang Wolf-Rayet dan menyusun Catalogue of Galactic Wolf-Rayet Stars. Saat ini ia menjabat sebagai penasehat dalam Komite Eksekutif IAU.

11431 Karelbosscha / 4843 T-1
Ditemukan pada tanggal 13 Mei 1971 oleh pasangan suami istri C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld di Leiden berdasarkan plat foto obyek planet minor yang diambil oleh T. Gehrels di Palomar Observatory. Asteroid ini dinamakan berdasarkan nama Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928), seorang pengusaha kebun teh Belanda di Malabar, Jawa Barat yang bersama-sama dengan keponakannya Rudolf Albert Kerkhoven memberikan kontribusi besar pada pembangunan observatorium di Lembang. Di Indonesia, nama Bosscha selain digunakan sebagai nama observatorium juga digunakan pada nama salah satu ruang kuliah di Program Studi Fisika. Selain itu, Bosscha dan Kerkhoven dalam kaitan Leids Kerkhoven-Bossca Fonds masih memberikan bantuan bagi kelangsungan riset astronomi di Indonesia.

11432 Kerkhoven / 1052 T-2
Ditemukan tanggal 29 September 1973 oleh pasangan suami istri C. J. van Houten dan I. van Houten-Groeneveld di Leiden berdasarkan plat foto obyek planet minor yang diambil oleh T. Gehrels di Palomar Observatory. Rudolf Albert Kerkhoven (1879 – 1940) merupakan salah seorang tokoh Belanda yang memberikan kontribusi bagi pendirian dan keberlangsungan Observatorium bosscha di Lembang bersama sang paman Karel Albert Rudolf Bosscha. Warisannya sampai saat ini masih mendukung riset Astronomi di Indonesia dan Belanda di bawah bendera Leids kerkhoven-Bossca Fonds, yang memberikan bantuan dana bagi kebutuhan riset dan pendidikan astronomi di Indonesia.

Nama asteroid berdasarkan nama tempat di Indonesia maupun yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia adalah :

536 Merapi / 1904 OF
Ditemukan 11 Mei 1904 oleh G. H. Peters di Washington dan dinamai berdasarkan nama gunung Merapi / Marapi Sumatera Barat yang merupakan situs ekspedisi dari US Naval Observatory dan beberapa ekspedisi lainnya saat melakukan pengamatan gerhana Matahari tanggal 17 Mei 1901. Gunung ini mengeluarkan asap secara kontinyu / terus menerus dan namanya sendiri berarti “with fire / dengan api”. Nama Merapi diajukan oleh penemu asteroid 536 Merapi yang juga salah satu anggota ekspedisi Gerhana Matahari di Sumatera.

731 Sorga / 1912 OQ
Ditemukan 15 April 1912 oleh A. Massinger di Heidelberg dan dinamai Sorga yang berasal dari bahasa Indonesia Surga. Surga di Bumi disebut juga Surga dunia.

732 Tjilaki / 1912 OR
Ditemukan 15 April 1912 oleh A. Massinger di Heidelberg dan dinamai Tjilaki / Cilaki dari nama sungai dan desa Tjilaki / Cilaki yang berasal dari gunung Malabar. Tji artinya sungai.

754 Malabar / 1906 UT
Ditemukan 22 Agustus 1906 oleh August Kopff di Heidelberg. Dinamakan berdasar nama pegununungan Malabar di Daerah Malabar yang terkenal sebagai perkebunan teh. Nama ini diambil untuk mengenang ekspedisi Gerhana Matahari yang dilakukan oleh belanda dan Jerman ke Kepulauan Christmas tahun 1922.

770 Bali / 1913 TE
Ditemukan 31 Oktober 1913 oleh A. Massinger di Heidelberg. Nama Bali merupakan nama daerah di Indonesia yang mayoritas beragama Hindu. Bali dalam nama asteroid ini didedikasikan pada nama Raja klan Daityas dalam Puranas Hindu.

772 Tanete / 1913 TR
Ditemukan 19 Desember 1913 oleh A. Massinger di Heidelberg dan dinamakan Tanete berdasarkan nama tempat di Sulawesi, Indonesia.

863 Benkoela / 1917 BH
Ditemukan 9 Februari 1917 oleh M. Wolf di Heidelberg dan dinamakan Benkoela dan diperkirakan nama tersebut merupakan nama kota Benkoelen (Bengkulu) yang ada di Sumatera, Indonesia.

2307 Garuda / 1957 HJ
Asteroid di Sabuk Utama Asteroid yang ditemukan pada tanggal 18 April 1957 di Observatorium La Plata. Diyakini nama ini sebenarnya terkait dengan nama India. Garuda yang diajukan sebagai nama asteroid 1957 HJ berasal dari Bahasa Sansekerta dan merupakan putra Kasyapa dan Vinata dalam mitologi India.

7172 Multatuli / 1988 DE2
Ditemukan 17 februari 1988 oleh E. W. Elst di European Southern Observatory. Dinamai dengan nama penulis terkenal dari Belanda, Multatuli atau Eduard Douwes Dekker (1820-1887). Di tahun 1838, Multatuli datang di Hindia Belanda dan di tahun 1856 ia mengundurkan diri dari posisi Assistant Commissioner of Lebak Java karena tidak adanya dukungan oleh pemerintah (Belanda -red) dalam perjuangannya untuk melindungi orang jawa dari eksploitasi majikan mereka. Ia kemudian kembali ke eropa dan dikenal secara internasional karena novelnya Max Havelaar (1860) yang kemudian membawa Multatuli untuk melakukan pembelaan dan menuntut keadilan di Jawa dan menyindir mental bangsa Belanda kelas menengah. Nama Multatuli diajukan oleh sang penemu asteroid dan didukung oleh C.F. Merks dan J. Meeus.

Penamaan Asteroid sendiri membutuhkan waktu panjang karena pada awal ditemukan ia hanya diberi kode khusus dan diberi nomer jika orbitnya diketahui dengan baik. Pengajuan nama yang dilakukan oleh si penemu akan dibahas oleh IAU dan disetujui dahulu sebelum diberi nama yang resmi.

4 Astronom Indonesia Jadi Nama Asteroid


ESA/C Carreau
Asteroid Steins, salah satu asteroid besar yang tengah dipelajari para ilmuwan untuk mengungkap asal-usul alam semesta.

Himpunan Astronomi Internasional atau International Astronomical Union (IAU) memberikan penghargaan bagi dunia astronomi di Indonesia. Empat nama astronom asal Indonesia yang pernah mengelola Observatorium Bosscha di Bandung diabadikan sebagai nama asteroid.

Berdasarkan data di International Astronomical Union yang bisa diakses di www.cfa.harvard.edu/iau/lists, ada 4 nama asteroid yang menggunakan nama astronom Indonesia. Keempatnya adalah 12176, 12177, 12178, dan 12179.

<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a194c574&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=645&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a194c574' border='0' alt='' /></a>

Asteroid tersebut sebenarnya ditemukan pada tanggal 16 Oktober 1977 dalam program Palomar-Leiden Trojan Survey. Penemunya adalah suami istri Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld.

Nama astronom Indonesia yang digunakan adalah Bambang Hidayat yang pernah menjabat wakil presiden IAU pada tahun 1994-2000. Berkat tambahan namanya, kini asteroid 12176 disebut 12176 Hidayat/3468 T-3.

Selain Bambang, nama Moedji Raharto, mantan Kepala Observatorium Bosscha tahun 1999-2004 juga digunakan untuk menamai asteroid 12177. Kini, asteroid tersebut menjadi 12177 Raharto/4074 T-3.

Sementara, asteroid 12178 kini menjadi 12178 Dhani/4304 T-3, sesuai dengan nama ahli Fisika Matahari Dhani Hendrawijaya yang pernah menjabat sebagai direktur Observatorium Bosscha pada tahun 2004-2006.

Terakhir, nama Taufiq Hidayat, direktur Observatorium Bosscha tahun 2006-2010 digunakan untuk menamai asteroid 12179. Sekarang, nama asteroid tersebut menjadi 12179 Taufiq/5030 T-3.

Menurut situs Langitselatan.com yang dikelola salah satu peneliti di Bosscha, Avivah Yamani, bukan kali ini saja, para astronom di observatorium tersebut mendapat kehormatan dari IAU. Sejak zaman Belanda, para mantan kepala Observatorum Bosscha maupun astronom Indonesia pun digunakan dalam penamaan benda-benda langit.

Asteroid adalah benda yang lebih kecil dari planet tetapi lebih besar dari meteoroid. Asteroid berbeda dengan komet sebab tidak memiliki ekor atau koma. Asteroid pertama yang ditemukan adalah Ceres, pada tahun 1801.

Planet Terpanas Lebih Panas dari Bintang


NASA/ESA/G. Bacon/STScI
Satu tahun di WASP-33b berlangsung 29 jam karena kedekatan dengan bintangnya.

Astronom yang terlibat dalam proyek Super Wide Angle Search for Planets (SuperWASP) telah menemukan planet terpanas bernama WASP-33b. Suhu planet tersebut lebih panas dari suhu beberapa bintang.

Keberadaan planet itu telah diduga sejak tahun 2006 lalu namun baru dikonfirmasi tahun 2010 kemarin. Diketahui, planet tersebut tergolong dalam jenis planet gas dengan massa kurang dari 4,5 kali massa Jupiter.

Berdasarkan observasi dengan William Herschel Telescope, suhu WASP-33b mencapai 3200 derajat Celsius. Suhu itu lebih panas daripada bintang katai merah yang bersuhu 700 derajat Celsius dan WASP-12b yang suhunya 2300 derajat Celsius.

Salah satu penyebab panasnya suhu planet itu adalah suhu bintang induknya yang juga panas. Astronom mengatakan, suhu bintang induk planet itu adalah 7160 derajat Celsius, lebih tinggi dari suhu matahari yang hanya 5600 derajat Celsius.

Sementara, sebab lain adalah kedekatan jarak orbit WASP-33b dengan bintang induknya. Dengan jarak hanya 7 persen dari jarak Merkurius-Matahari, planet ini seakan menjadi "ketularan" panas bintang induknya.

Studi tentang planet ini dipimpin oleh Alexis Smith dari Universitas Keele di Stafordshire, Inggris. Lewat studi ini, astronom juga mengetahui bahwa waktu revolusi planet ini sangat singkat, hanya 29,5 jam.

Drake Demming dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland yang tidak terlibat penelitian ini mengatakan, "WASP-33b bisa membantu astronom menelaah planet panas yang karakteristisknya masih misteri."

Hal yang bisa dipelajari misalnya adanya planet berorbit dekat dengan bintangnya yang memiliki lapisan atmosfer luar lebih dingin dari lapisan dalamnya. Ini mengejutkan karena planet tersebut "dipanaskan" dari luar.

Deming mengatakan, fakta itu bisa berkaitan dengan adanya senyawa berbasis karbon yang mengubah cara atmosfer merespon radiasi. Senyawa kimia tertentu bisa terbentuk akibat sinar ultraviolet dari bintang.

"Ini pastinya akan menjadi planet yang ingin Anda lihat. Ini adalah kesempatan yang sangat langka untuk bisa mempelajari planet yang mengorbit pada bintang yang super panas," pungkas Deming dalam interview-nya dengan New Scientist.

Wajah Rhea Jepretan Cassini




NASA/JPL/SSI Rhea, Bulan Saturnus yang berkawah dalam foto wahana antariksa Cassini milik NASA. Foto diambil saat Cassini terbang dekat bulan itu, 11 Januari 2011.
Foto:
1 2

Wajah Rhea, satelit terbesar kedua Planet Saturnus berhasil dijepret oleh wahana antariksa Cassini. Citra Rhea dijepret Selasa minggu lalu (11/1/2011), pada jarak 69 kilometer dari permukaannya.

Salah satu citranya menggambarkan Rhea tengah berada di tengah, bersama dengan cincin Saturnus. Di latar citra itu, terpotret juga satelit Saturnus lainnya yaitu Dione (di atas Rhea), Thethys (paling kiri) dan Epimetheus (titik di sebelah kanan Thethys).

Selain citra tersebut, Cassini juga menjepret citra close up yang menggambarkan permukaan Rhea dengan kawah-kawah dan patahan yang memanjang. Ada pula citra close up yang menggambarkan bayangan cahaya matahari pada dasar kawah Rhea.

Rhea memiliki diameter 1528 km. Satelit ini ditemukan oleh astronom Italia bernama Giovanni Cassini pada tahun 1672. Meski Rhea merupakan satelit terbesar kedua Saturnus, ukurannya tak sampai sepertiga dari Titan, satelit terbesar Saturnus.

Sementara, Cassini merupakan pesawat antariksa yang diluncurkan NASA untuk mempelajari Saturnus, cincin dan satelitnya. Cassini telah mengobservasi Saturnus sejak sampai memasuki orbitnya pada tahun 2004. Sejauh ini, citra rhea merupakan citra terbaik yang diambil Cassini.

Misi ke Mars Cari Fosil Makhluk Hidup




NASA
Gunung Olympus di Planet Mars

Setelah empat dekade berjalan, kini misi Mars memasuki babak baru. Eksplorasi yang semula banyak berkutat pada pencarian air, kini meluas pada upaya mencari tanda-tanda kehidupan di planet merah itu.

"Kami akan memasuki transisi dari misi mencari air menjadi misi mencari tanda kehidupan," kata Doug McCuistion, direktur Program Eksplorasi Mars NASA pada diskusi panel di National Air and Space Museum di Washington minggu lalu.

Babak baru eksplorasi Mars itu dimulai seiring dengan peluncuran pesawat antariksa NASA, Curiosity. Pesawat antariksa ini berbeda dengan Spirit dan Opportunity yang diluncurkan sebelumnya sebab ukurannya yang lebih kecil.

Namun demikian, bukan berarti pesawat ini kalah canggih. Curiosity akan bermuatan instrumen yang lebih kompleks. Di samping itu, pesawat antariksa ini juga akan dilengkapi dengan laboratorium kimia on board.

Curiosity juga akan dilengkapi "kamera kimia". McCuistion mengatakan, alat tersebut bisa menembakkan laser pada batuan dan membuat plasma yang bisa dianalisanya sehingga bisa mengidentifikasi sampel.

Dalam misi pencarian tanda kehidupan itu, pencarian senyawa organik menjadi agenda penting yang dilakukan. Senyawa itu bisa menjadi petunjuk adanya atau pernah adanya kehidupan di Mars.

"Salah satu yang pertanyaan kunci yang kita ajukan adalah, dimana senyawa organik itu ada," kata Jennifer Eigenbrode, ilmuwan dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Amerika Serikat.

Menjawabnya, peneliti mengungkapkan logika bahwa kehidupan yang mungkin pernah ada bisa meninggalkan senyawa organik. Sama seperti hewan yang meninggalkan fosil, mikroorganisme juga bisa meninggalkan jejak keberadaannya.

Eigenbrode mengatakan, "Dalam kondisi tertentu, senyawa organik (yang terbentuk atas ikatan karbon) bisa terawetkan. Ini disebut fosil molekuler." Misalnya, terdapat dalam bentuk membran sel mikroorganisme yang terawetkan.

Curiosity rencananya akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa mendeteksi fosil molekuler ini. Jadi, Curiosity bisa mengetahui bentuk kehidupan sekecil mikroorganisme yang ada di Mars.

Meski dilengkapi peralatan canggih, hambatan dalam studi tetap ada. Utamanya bukan dari segi peralatan yang kurang memadai, tetapi pada keterbatasan pengetahuan atau konsep yang dikuasai.

Salah satunya tentang senyawa organik. Jika nantinya benar ditemukan, senyawa ini tak lantas menjadi tanda ada kehidupan di Mars. Sebab, bisa saja senyawa itu berasal dari meterorit atau terbentuk lewat proses geologi Mars.

Kedua adalah pengertian tentang kehidupan. Misalnya, saat ini dipahami bahwa makhluk hidup selalu membutuhkan air. Tetapi, apakah memang benar demikian? Apakah tidak ada senyawa lain, semisal metana, yang bisa mendukung kehidupan?

Terkait dengan hal terakhir, European Space agency (ESA) dan NASA pada tahun 2016 akan bekerja sama melaksanakan misi ke Mars. Tujuannya adalah untuk mencari metana, menggali permukaan Mars untuk menemukan bentuk kehidupan yang mungkin ada.