BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 06 Agustus 2011

Bola Gas Raksasa di Luar Angkasa


Gemini Observatory Nebula raksasa berbentuk bola.

KOMPAS.com — Sebuah bintang mengeluarkan gas yang membentuk bola raksasa berwarna biru. Temuan bentuk yang unik ini memberi petunjuk baru dalam pembentukan nebula.

Nebula berbentuk bola tersebut diberi nama "Kronberger 61", sesuai dengan nama penemunya, Matthias Kronberger, seorang astronom amatir. Kronberger mendapati keberadaan nebula tersebut pada Januari 2011 ketika meneliti foto-foto digital hasil survei sejak tahun 1980-an. Kronberger menginformasikan temuannya kepada astronom profesional dari Gemini Observatory di Hawaii yang kemudian meneliti lebih lanjut dan menghasilkan gambar versi berwarna.

Kronberger 61 terletak sekitar 13.000 tahun cahaya di daerah rasi bintang Cygnus. Bentuknya nyaris bulat sempurna—bentuk yang aneh dibandingkan sekitar 3.000 nebula yang pernah ditemukan. "Sedikit sekali nebula yang sangat bulat. Biasanya mereka memanjang atau berbentuk seperti kupu-kupu atau obyek lain," kata astronom George Jacoby dari Giant Magellan Telescope Organization di Pasadena, California, Amerika Serikat, yang membantu pembuatan gambar Kronberger 61 menggunakan Gemini.

Nebula terjadi ketika sebuah bintang melebur hidrogennya menjadi helium, dilanjutkan dengan perubahan helium menjadi karbon. Saat itu bintang menjadi tidak stabil dan membengkak. Inti planet yang panas mulai kembang kempis membuat lapisan gas terluar meluruh. Saat itulah menjadi tahap awal munculnya nebula. Ketika inti planet terekspos, radiasi panasnya melontarkan gas, membuatnya tampak berpendar.

Proses pembentukan struktur nebula yang rumit saat ini masih jadi perdebatan. Sebuah pendapat mengatakan bahwa bentuk nebula dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda langit di sekitar bintang, seperti planet besar. Pendapat lain menyebutkan bahwa bentuk tidak perlu dibantu oleh benda langit lain.

"Dalam kasus Kronberger 61, kita akan ketahui satu tahun dari sekarang, setelah teleskop Kepler berhasil meneliti bintang di pusat nebula," kata Jacoby. Jika bintang terlihat redup dan terang secara periodik, kemungkinan pembentukan nebula dibantu oleh benda langit lain. Saat redup, kemungkinan ada obyek yang lewat di antara Bumi dan bintang. Obyek itulah yang membantu pembentukan nebula. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)


sumber : kompas.com

Stasiun Antariksa Akan Ditenggelamkan


NASA Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Oleh Brigitta Isworo Laksmi

Alam pikiran manusia berbatas horizon yang tak bertepi. Segala yang tak terverifikasi secara ilmu pengetahuan kita sebut ”mimpi”. Stasiun antariksa internasional adalah salah satu mimpi yang menjadi kenyataan. Salah satu perwujudan mimpi itu akan terkubur di samudra pada tahun 2020.

Adalah Edward Everett Hale yang merentangkan batas imajinasinya hingga ke batas tak terkira. Ia menuliskan cerita pendek The Brick Moon yang dimuat secara berkala dalam ”The Atlantic Monthly” tahun 1869. Sebuah kisah fiksi tentang ”satelit buatan”. Dia menulis tentang suatu wahana dari batu bata, berdiameter sekitar 70 meter yang diluncurkan ke orbit Bumi dan secara tak sengaja ada manusia terbawa di dalamnya.

Perihal antariksa juga dikisahkan Jules Verne—penulis fiksi sains yang imajinasinya banyak terbukti sekarang. Verne menuliskan From Earth to the Moon pada 1865—meski tidak menyebut satelit buatan, tetapi memuat mimpi tentang manusia di antariksa. Masih soal Bulan, Verne, antara lain, menulis Around the Moon pada 1870.

Dasar keantariksaan

Baru pada 1923, ilmuwan kelahiran Hermannstadt, Transilvania, Romania, Hermann Oberth—yang kemudian tinggal di Jerman—meletakkan dasar-dasar teknologi antariksa.

Buku-bukunya, The Rocket into Interplanetary Space (1923) dan Ways to Travel in Space (1929), bisa dikatakan menjadi dasar pengembangan teknologi antariksa kemudian.

Oberth menguraikan proyek ruang angkasa mulai dari roket dan satelit, hingga pendaratan di Bulan, penelitian-penelitian planet, stasiun antariksa internasional, hingga kemungkinan kapal alat transportasi antariksa.

Dari yang dia pelajari di jurusan kedokteran, dia yakin tubuh manusia mampu menahan beban yang mungkin muncul di antariksa, seperti kondisi tanpa bobot atau tekanan pada tubuh akibat percepatan ekstrem.

Pemikiran Oberth dilanjutkan oleh H Noordung (1929) dengan The Problems of Navigating the World.

Maka, mulailah sejarah stasiun antariksa, yang diwarnai dengan ”perlombaan antariksa” antara Amerika Serikat dan Uni Soviet—lalu jadi Rusia saat Uni Soviet pecah tahun 1991. Seperti kisah ”pendaratan di Bulan” saat Uni Soviet mengirim Sputnik ke Bulan lebih dulu daripada AS, sebelum astronot AS, Edwin Aldrin, menapakkan kaki di Bulan, soal laboratorium antariksa juga diawali Uni Soviet.

Tahun 1971, Uni Soviet meluncurkan Salyut-1. Dua tahun kemudian, AS mengorbitkan Skylab yang sempat dikunjungi tiga awak sebelum tahun 1974 ditinggalkan. Kedua negara kemudian ”rujuk” setelah Uni Soviet meluncurkan Mir dan AS mengembangkan Freedom.

Tahun 1993, kedua negara raksasa, Rusia dan AS, sepakat berbagi tugas demi terciptanya laboratorium antariksa yang bisa didiami manusia. Maka, digabunglah proyek Mir-2 dari Badan Antariksa Rusia (RSA) dengan Freedom—proyek Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).

Pesawat ulang alik AS menjadi pembawa kebutuhan membangun ISS; mulai dari tiang penopang, 4 elemen rangkaian sistem energi surya, kebutuhan laboratorium, dan modul agar ISS bisa ditinggali manusia, juga sistem untuk ”berjalan di ruang angkasa” (spacewalk).

Pihak Rusia menyediakan, antara lain, modul pendaratan (universal docking module). Negara-negara Eropa Barat—anggota Badan Antariksa Eropa (ESA)—menyediakan laboratorium sains Columbus, serta kendaraan untuk transfer kargo secara otomatis (ATV). Tahun 1998, ISS diluncurkan.

Penelitian kemanusiaan

Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu disesaki kegalauan; akan asal muasal kehidupan, hingga kemungkinan adanya kehidupan di luar planet Bumi, di antariksa yang gravitasinya nol.

Bagi AS, berdasarkan undang-undang terkait NASA tahun 2010, ada empat wilayah penelitian di ISS, yaitu bidang kesehatan, eksplorasi, teknologi yang memungkinkan eksplorasi antariksa di masa depan, riset sains untuk fisika dan kehidupan manusia, serta penelitian untuk ilmu bumi dan antariksa.

Awal Juli lalu, penelitian akan vaksin Salmonella, Recombinant Attenuated Salmonella Vaccine dimulai di ISS, juga dilakukan penelitian terhadap ragi untuk mengetahui efek gravitasi nol pada sel-sel manusia.

Eksplorasi antariksa terus berlanjut di masa depan. Untuk itu, AS memiliki program bagi penelitian komunitas yang bisa diikuti oleh pelajar usia di bawah 10 tahun hingga remaja.

Namun, masa hidup ISS tinggal 4-9 tahun. Rencananya, ISS akan diterjunkan dan ditenggelamkan ke lautan, paling cepat tahun 2015 dan paling lambat tahun 2020.

Menurut Wakil Kepala RSA, Vitaly Davydov, penghentian pengorbitan ISS akan dilakukan secara hati-hati agar ISS tidak menjadi ”sampah antariksa yang berbahaya”. Rusia menenggelamkan Mir di Pasifik tahun 2001, Skylab milik AS jatuh dari orbit tahun 1979.

Kini, ISS adalah wahana antariksa terbesar sepanjang sejarah—bisa disaksikan dengan mata telanjang dari Bumi dan bisa ditinggali enam orang. Dengan apa kisah eksplorasi manusia di antariksa akan dilanjutkan memang belum jelas. Namun, manusia tak akan menyerah.(oberth-museum.org/NASA.org)


sumber : kompas.com

BumI Pernah Punya Dua Bulan ?


Ilustrasi Bumi dengan Dua Bulan

KOMPAS.com — Bumi pernah punya dua bulan. Satu bulan berukuran kecil dan bulan lain berukuran 3 kali lebih lebar dan 25 kali lebih berat. Hal itu diungkapkan oleh astronom University of California, Erik Aspaugh, dan timnya dalam publikasi di jurnal Nature, Rabu (3/8/2011).

Dua bulan itu bersanding dengan Bumi hingga akhirnya bertabrakan yang disebut "Big Splat" dan terjadi pada 4,4 miliar tahun yang lalu. Dalam peristiwa itu, bulan yang lebih kecil menabrak bulan yang lebih besar. Saat itu, dua bulan yang konon terbentuk dari planet yang menghantam Bumi 100 juta tahun sebelumnya itu masih berusia muda.

Tabrakan berlangsung dengan kecepatan 8.000 km/jam, tergolong lambat secara astronomi. Saking lambatnya, Aspaugh mengumpamakan, "Orang akan bosan melihatnya sebab bahkan butuh waktu 10 menit bagi kancing untuk bisa terpendam di Bulan."

Akibat tabrakan lambat, batuan di dua bulan tidak meleleh. Bahkan, tak ada kawah yang tercipta karenanya. Material dari bulan yang lebih kecil hanya berhamburan di muka bulan yang lebih besar atau Bulan yang kita kenal sekarang.

Seperti diwartakan Foxnews, Rabu, Aspaugh mengungkapkan, tabrakan dua bulan itu menjelaskan mengapa permukaan Bulan yang jauh dari Bumi lebih berbukit-bukit. Menurut Aspaugh, bukit-bukit itu berasal dari hamburan material hasil tabrakan.

Jay Melosh dari Purdue University yang tak terlibat penelitian ini mengatakan, teori dua bulan ini ramai dibicarakan dalam konferensi NASA membahas proyek robotik ke Bulan di masa depan yang berlangsung minggu ini. "Tak ada yang salah dengan teori ini. Bisa saja benar, bisa saja salah," kata Melosh memberi tanggapan.

Benar atau salah, yang jelas Aspaugh beranggapan, "Dua bulan itu memang ditakdirkan bertabrakan. Tak ada jalan keluar dari itu." Bulan yang lebih besar memiliki gravitasi yang begitu kuat sehingga bulan yang lebih kecil tidak mampu melawan pengaruhnya.


sumber : kompas.com


NASA Godok Wisata Murah ke Mars

NASA Kapsul Dragon yang dikembangkan Space X akan dipakai untuk misi ke antariksa yang jauh termasuk ke Mars.

KOMPAS.com — Wisata ke luar angkasa bukan hal baru. Dengan menumpang kapsul Soyuz milik Rusia, beberapa miliarder sudah mencicipi berkunjung beberapa hari ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) meski harus merogoh kocek miliaran rupiah.

Pada masa depan, wisata semacam itu mungkin bisa lebih lama dan jauh, termasuk ke Planet Mars. Bahkan, harganya bisa jadi lebih ekonomis. Kemungkinan untuk mengadakan perjalanan murah ke Mars sedang digodok oleh NASA dan Space Exploration Technologies.

"Perjalanan dengan kapsul Dragon di roket Falcon Heavy dapat pergi ke Mars dengan biaya ratusan juta dollar AS, tidak miliaran," kata Pete Worden, Direktur Ames Research Center milik NASA dalam konferensi penerbangan luar angkasa komersial NewSpace 2011, akhir pekan lalu.

Space Exploration Technologies, atau disingkat SpaceX, saat ini sedang mempersiapkan uji penerbangan kapsul Dragon yang akan dilakukan pada 30 November. Kapsul tersebut akan terbang menuju stasiun luar angkasa. SpaceX berencana menambah kemampuan Dragon untuk menerbangkan orang ke luar angkasa, dan suatu hari nanti ke Mars.

Misi yang secara informal disebut Red Dragon ini akan mengikuti Mars Science Laboratory yang akan diluncurkan NASA, November nanti. Rencananya, NASA akan mendaratkan pesawat di Mars, Agustus tahun depan, dengan tujuan mengetahui kemungkinan planet untuk mendukung kehidupan mikroba, atau malah mencari tahu apakah planet pernah mendukung kehidupan tersebut.

Red Dragon direncanakan mengebor Mars untuk masuk ke dalam es yang terkubur dan mencari bukti-bukti kehidupan. "Salah satu hal penting adalah mencari kemungkinan kehidupan pada masa lalu," kata Worden. Misi Red Dragon juga berusaha mengetahui kemungkinan penerbangan membawa sejumlah beban ke Mars, hal yang terjadi saat membawa manusia ke Mars.

Elon Musk, pengusaha di balik SpaceX, mengatakan, hal yang superpenting dalam sejarah adalah, "Apakah kita akan menjadi spesies multiplanet atau tidak? Jika tidak, masa depan kita tidak terlalu cerah. Kita hanya berkerumun di Bumi sampai waktunya malapetaka tiba."

sumber : kompas.com

Juno Akan Menguak Sejarah Tata Surya

NASA/JPL-Caltech Ilustrasi saat Juno mendekati Planet Jupiter.

CAPE CANAVERAL, KOMPAS.com — Wahana antariksa Juno yang akan menjalankan misinya ke Planet Jupiter sukses diluncurkan dari Kennedy Space Center, Florida, Jumat (5/8/2011) pukul 12.25 waktu setempat atau pukul 23.25 WIB. Meski sedikit lebih lambat dari jadwal yang direncanakan semula, peluncuran dilaporkan berjalan lancar.

Pada misi ini, Juno akan melakukan beberapa riset, salah satunya adalah mengukur kadar air di atmosfer planet terbesar di tata surya itu. Juno dilengkapi dengan alat yang bisa mendeteksi radiasi gelombang mikro yang dihasilkan panas Jupiter.

Selain itu, Juno juga akan menjawab pertanyaan lain, misalnya, besarnya medan magnet di Jupiter, memetakan medan magnetnya, dan mengetahui inti planet itu. Tak lupa, Juno yang dilengkapi dengan kamera juga akan memotret Jupiter dan fenomena yang ada, seperti aurora di kutubnya.

"Apa yang kami cari adalah beberapa pertanyaan fundamental tentang tata surya kita. Bagaimana Jupiter terbentuk, bagaimana ia berevolusi, dan apa yang terjadi di awal tata surya sehingga menciptakan kita," kata Scott Bolton, pimpinan investigasi misi Juno.

Untuk mencapai Jupiter, Juno yang menghabiskan biaya 1,1 miliar dollar AS harus menempuh perjalanan selama 5 tahun ke depan. Juno akan melakukan manuver untuk memperoleh kecepatan yang diinginkan. Juno akan mampir ke orbit beberapa planet, termasuk kembali melakukan manuver di orbit Bumi pada tahun 2013. Diperkirakan, Juno akan sampai di Jupiter pada tahun 2016.

Dalam penjelajahannya, Juno dilengkapi dengan panel surya selebar 20 meter. Dengan adanya panel surya ini, Juno menjadi wahana antariksa penempuh jarak jauh pertama yang daya untuk penjelajahannya berasal dari tenaga surya.

Juno akan mengorbit Jupiter sebanyak 30 kali selama setahun. Lain dengan wahana antariksa lain yang memulai dari khatulistiwa, Juno akan memulai dari kutub.


sumber : kompas.com

NASA Luncurkan Juno ke Yupiter


NASA

WASHINGTON, KOMPAS.com- Badan Antariksa AS, NASA, Jumat (5/8/2011) waktu setempat, meluncurkan pesawat ruang angkasa bertenaga surya menuju planet Yupiter, dari Cape Carnaval Air Force Station di Florida. Pesawat seharga satu miliar dollar AS itu bernama Juno, dan akan menempuh perjalanan selama lima tahun ke Yupiter, yang berjarak sekitar 2.800 juta kilometer jauhnya.

Misi Juno ialah mencari apa saja yang membentuk planet terbesar dalam sistem tata surya itu. Satelit pengamat tak berawak itu akan didorong ke angkasa dengan sebuah roket bernama Atlas 4, dan lepas landas dari Cape Carnaval pada Jumat sekitar pukul 11:30 waktu setempat.

Hanya kurang dari satu jam setelah peluncuran, Juno akan terpisah dari Centaur di bagian atas roket Atlas V. "Pada titik ini, Juno akan menempuh perjalanan selama lima tahun untuk menjelajahi jarak 1.740 juta mil atau 2.800 juta km ke Jupiter," kata badan ruang angkasa AS.

Setelah tiba pada bulan Juli 2016, pesawat ruang angkasa akan mengorbit di kutub gas raksasa, yang memiliki lebih dari dua kali massa gabungan semua planet di tata surya, dan sebagai planet pertama yang berada di sekitar Matahari.

Misi bertujuan untuk 30 orbit selama periode satu tahun. Juno bertujuan untuk lebih dekat ke Jupiter daripada pesawat ruang angkasa NASA lainnya dan akan menjadi yang pertama mengorbit kutub planet, kata Scott Bolton, peneliti utama Juno dan ilmuwan di Southwest Research Institute di San Antonio, Texas.


sumber : kompas.com

Mirip UFO Teronggok di Dasar Laut Baltik


Peter Lindberg
Bentuk melingkat yang terekam radar di dasar Laut Baltik.

KOMPAS.com — Keberadaan obyek menyerupai piring terbang ditemukan tim eksplorasi bawah laut di Laut Baltik, sebelah timur laut Eropa.

"Bentuknya lingkaran besar berdiameter 20 meter, ada di kedalaman sekitar 100 meter. Posisinya berada di laut antara Finlandia dan Swedia," ujar ketua tim eksplorasi, Peter Lindberg. Tim juga menemukan jejak kehancuran lingkungan di sekitar lokasi penemuan reruntuhan di Teluk Bothnia. Kehancuran lingkungan mungkin terjadi akibat pergerakan mesin di sepanjang dasar lautan.

Temuan tersebut menimbulkan sejumlah spekulasi di kalangan pemerhati fenomena UFO. Surat-surat kabar di Swedia memuatnya sebagai berita utama. Namun, Lindberg sendiri tidak berpendapat benda yang ditemukannya berasal dari luar Bumi. Ia menganggap obyek itu serupa Stonehenge di Inggris.

Temuan obyek misterius di dasar laut bukan baru kali ini terjadi. Formasi batuan "Bimini Road" di perairan Karibia kerap dianggap sebagai jejak jalan dan dinding sebuah peradaban yang tenggelam. Namun, belakangan, para ahli geologi memastikan bahwa bongkahan hanya batuan pantai biasa.

sumber : kompas.com