BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 15 April 2011

Dua Bintang "Berdansa" Menuju Kematian



Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics Ilustrasi dua bintang katai putih yang hampir mati saling mengelilingi satu sama lain dengan periode 39 hari.

Para astronom yang tergabung dalam program survei Ariz di Observatorium MMT di Gunung Hopkins di Tucson, Arizona, Amerika Serikat, berhasil menemukan sistem bintang katai putih kembar yang jarak antarbintangnya hanya 225.000 kilometer. Jarak ini lebih dekat dibanding jarak rata-rata Bumi dan Bulan sejauh 380.000 kilometer.

Kedua bintang saling mengitari dengan kecepatan 435 kilometer per detik dan menyelesaikan satu putaran dalam waktu 39 menit. Bintang katai putih yang pertama berukuran 17 persen dari massa Matahari. Adapun bintang kedua berukuran 43 persen massa Matahari.

Jarak yang sangat dekat membuat tarikan gravitasi antarkeduanya akan semakin besar. Akibatnya, kedua bintang itu diperkirakan akan saling bertabrakan dan menjadi satu pada 37 juta tahun lagi.

"Bintang-bintang ini telah menikmati kehidupan pertamanya. Setelah bertabrakan dan bergabung menjadi satu bintang baru, ia akan menjalani kehidupan keduanya," kata Mukremin Kilic, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian kepada Sciencedaily, Rabu (6/4/2011).

Rusia Ajak Indonesia ke Ruang Angkasa



Kantor Berita RIA-Novosti Presiden Indonesia Soekarno bersama angkasawan yang pertama Yuri Gagarin dan pemimpin-pemimpin Uni Sovet Nikita Khruchev dan Leonid Brezhnev di Kremlin (Moskow, Juni 1961)

Kosmonot Rusia Yuri Gagarin berhasil melakukan penerbangan pertama ke antariksa Rabu, 12 April 1961. Hari ini, 12 April 2011, tepat 50 tahun sudah momen bersejarah tersebut berlalu. Untuk memperingatinya, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia menggelar pameran foto dan seminar bertema "50 Tahun Masa Eksplorasi Ruang Angkasa: Yuri Gagarin dan Indonesia."

Dalam pembukaan seminar, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov Ph.D berbagi kenangannya tentang sosok Yuri Gagarin. Ia mengatakan, saat itu ia masih berusia 9 tahun saat Yuri Gagarin melakukan penerbangan. Meski demikian, Ivanov mengaku mengingat dengan jelas apa yang terjadi kala itu.

"Setelah Yuri terbang, orang-orang berkumpul di jalanan di Moskow, semuanya tersenyum dan tertawa," ungkapnya.

Menurut Ivanov, keberhasilan Gagarin saat itu tak cuma membuat bahagia publik Rusia saja, tetapi juga dunia. Ia juga mengatakan bahwa keberhasilan Gagarin menandai semakin majunya peradaban manusia.

Dalam kesempatan itu, Ivanov juga menunjukkan beberapa foto yang dipasang di ruang Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia. Salah satu foto yang ditunjukkan adalah foto Presiden Soekarno berjejer dengan Yuri Gagarin.

Soekarno bertemu dengan Yuri Gagarin pada Juni 1961, hanya 2 bulan setelah penerbangan pertama ke antariksa itu. Soekarno juga bertemu dengan Sergei Korolyov, desainer Vostok 1, pesawat yang digunakan Gagarin.

Ivanov mengatakan, foto itu menandai dekatnya hubungan Rusia-Indonesia. Karenanya, ia berharap bangsa Indonesia juga mengenang hari ini sebagai peringatan kedekatan hubungan Indonesia-Rusia.

"Pada awal tahun 60-an, Rusia yang waktu itu merupakan Uni Soviet dan Indonesia membuat langkah bersama untuk mengembangkan Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka," ungkap Ivanov. Ia berharap, kerja sama antara Rusia dan Indonesia tetap berlanjut, termasuk dalam bidang antariksa.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Yuri N Zozulya. Zozulya mengatakan, "Secara pribadi, impian saya pribadi, saya ingin mengirimkan kosmonot Indonesia untuk terbang menggunakan pesawat kami. Ini seperti yang kita lakukan dengan negara lain."

Namun, ia menuturkan bahwa ia sendiri tak berhak untuk memutuskan. "Semua tergantung pada keputusan di tingkat pemerintah," katanya. Ia mengatakan, sebelumnya Rusia telah menerbangkan kosmonot asal Malaysia.

Kerja sama Indonesia-Rusia dalam bidang antariksa berlangsung dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah rencana proyek peluncuran roket antariksa dari Pulau Biak, Papua. Saat ini, rencana belum terwujud karena menunggu RUU Keantariksaan disahkan menjadi undang-undang.

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni

AP Photo/Channi Anand
Seorang anak pada 9 Maret lalu berjalan dengan membawa payung agar terlindung dari hujan di Jammu, India. Foto ini dibuat dalam rangka peringatan soal perubahan iklim yang telah mengacaukan pola iklim global.

Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011).

Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500.

"Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Jumina.

Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut.

"Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia," ungkapnya kemudian.

Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina.

Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina.

Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari "Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional", di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011).

Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc.

Pesawat Ulang Alik NASA Akan Dimuseumkan



NASA Pesawat ulang alik Discovery

Tanggal 12 April 2011 ternyata tak cuma menjadi peringatan bagi 50 tahun penerbangan Yuri Gagarin. Untuk NASA, hari tersebut juga bersejarah karena bertepatan dengan peringatan 30 tahun penerbangan pesawat ulang alik.

Pada 12 April 1981, NASA meluncurkan Columbia. Sejak saat itu, 130 penerbangan telah dilakukan menggunakan beberapa pesawat ulang alik, yaitu Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour. Lebih dari 350 orang berhasil dibawa dalam misi tersebut dengan total jarak tempuh melebihi jarak Bumi-Jupiter.

Setelah 30 tahun penerbangan, pesawat ulang alik akan menjadi kenangan. NASA memutuskan untuk memensiunkan dan menaruh pesawat ulang alik di museum. Kemarin, administrator NASA mengumumkan beberapa museum yang menjadi tempat pemberhentian akhir dan permanen pesawat ulang alik itu.

Pesawat ulang alik Discovery, yang baru saja pensiun setelah menuntaskan misi ke-39 dan terakhirnya pada Maret lalu, akan dimuseumkan di Smithsonian National Air and Space Museum, tepatnya di Steven F Udvar-Hazy Center, dekat Dulles International Airport, Virginia, dekat Washington DC.

Sementara itu, Endeavour yang akan meluncur untuk terakhir kalinya pada bulan ini nantinya akan ditempatkan di California Sceince Center, Los Angeles. "Tempat itu terletak hanya beberapa kilometer dari Rockwell, tempat pesawat ulang alik itu dikembangkan dan dikonstruksi," kata Bolden.

Pesawat ulang alik lainnya, Atlantis, akan ditaruh di kompleks pengunjung Kennedy Space Center di Florida. Atlantis akan menyelesaikan misi terakhirnya pada Juni nanti. Atlantis nantinya akan menyelesaikan misi ke-135 sejak misi pertamanya tahun 1985.

Adapun Enterprise akan dipindahkan. Ia adalah pesawat ulang alik pertama yang dikonstruksi dan telah dipamerkan di Smithsonian National Air and Space Museum Steven F Udvar-Hazy Center, Virginia, sejak 2003. Nantinya, Enterprise akan disimpan di Intrepid Sea, Air & Space Museum di New York.

Sementara itu, seperti sudah diketahui, Challenger mengalami kecelakaan pada Selasa, 28 Januari 1986, pukul 11.38 pagi saat lepas landas. Pesawat ulang alik itu meledak sekitar 73 detik setelah mengudara di atas pesisir Florida, Samudra Atlantik, mengakibatkan tujuh awak tewas.

Columbia juga hancur berkeping-keping karena meledak pada 1 Februari 2003, sesaat sebelum mengakhiri misi kali ke-28, STS-107. Pesawat ulang alik itu terbakar di atas langit Texas saat memasuki atmosfer Bumi akibat lepasnya lapisan penahan panas di tubuhnya. Dalam kecelakaan itu, tujuh awaknya tewas.

Pengumuman NASA tersebut dibuat setelah 3 tahun sejak NASA mengatakan akan memensiunkan pesawat ulang aliknya. Salah satu tujuan dari menyimpan pesawat-pesawat ini di museum adalah kepentingan pendidikan. Tiap museum memerlukan lebih kurang 28,8 juta dollar AS untuk biaya pengiriman dan biaya memulai pameran.

Haruskah Manusia Tetap ke Luar Angkasa ?



NASA Kosmonot Rusia Oleg Kotov dari Ekpedisi 22 saat bertugas di Stasiun Antariksa Internasional menggunakan baju kosmonot.

Peringatan keberhasilan Yuri Alekseevich Gagarin menjadi manusia pertama di antariksa pada 12 April 1961 berlangsung meriah hari-hari ini. Dari Istana Kremlin sampai Stasiun Antariksa Internasional, semua merayakan kemenangan terbesar ilmuwan Uni Soviet—kini Rusia—merentang horizon pengetahuan umat manusia.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyelenggarakan upacara gemerlap di istana, dihadiri para kosmonot dan juga Valentina, janda Yuri Gagarin yang jarang muncul ke publik.

Kantor berita Reuters menginformasikan, Moskwa juga menyambut para pemimpin badan antariksa seluruh dunia untuk membahas masa depan penerbangan manusia ke antariksa. Beberapa agenda penting adalah berakhirnya masa penggunaan stasiun antariksa tahun 2020 dan pemberhentian sementara pesawat ulang-alik Amerika tahun ini.

Di stasiun antariksa, pesawat ulang-alik Soyuz TMA-21 merapat dengan membawa tiga awak dan memasang potret besar Gagarin di sisi badan pesawat.

Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin—yang berusia dua tahun saat peluncuran—mendatangi kampung halaman Gagarin di Klushino, 150 kilometer dari Moskwa.

"Gagarin adalah simbol era baru. Keberaniannya telah mewujudkan mimpi manusia menjelajah antariksa," kata komandan Stasiun Antariksa, kosmonot Dmitry Kondratyev.

Presiden Medvedev yang kemudian meluncur ke pusat kontrol misi di luar kota Moskwa berdialog langsung dengan para awak stasiun antariksa. Ia mengingatkan, meski Uni Soviet sudah runtuh dan kini menjadi Rusia, misi manusia mengeksplorasi antariksa tetap menjadi prioritas.

"Kita adalah yang pertama. Kita telah mendapat banyak kesuksesan dan kita tak ingin kehilangan semua nilai tambah dan kesempatan itu," kata Presiden Medvedev.

Masa depan eksplorasi

Misi antariksa Rusia memang sedang dalam sorotan. Meski mulai tahun ini Rusia bertanggung jawab mengangkut para kosmonot dan astronot ke stasiun antariksa, masalah membayangi beberapa programnya.

Tiga satelit navigasi jatuh ke laut pasca-peluncuran, pemberangkatan terakhir ke stasiun antariksa ditunda karena ada masalah teknis dan pemerintah telah mengumumkan mundurnya Kepala Badan Antariksa Rusia Anatoly Perminov.

Namun, kontroversi terbesar yang juga melanda berbagai badan antariksa dunia adalah gugatan perlunya mengirim manusia ke antariksa belakangan ini. Menurut kantor berita AFP, manusia bergairah karena bisa bertahan di antariksa. "Namun, manfaatnya tidak banyak dalam kehidupan sehari-hari," kata Gerard DeGroot, profesor sejarah di University of St Andrews, Skotlandia.

Teleskop Hubble, misalnya, mampu mengirim foto-foto Saturnus, Mars, bahkan bintang-bintang di luar Galaksi Bima Sakti. Satelit memudahkan penggunaan internet, komunikasi jarak jauh, dan melimpahi ilmuwan dengan data iklim ataupun kondisi permukaan Bumi.

Intinya, eksplorasi antariksa penting, tetapi tak perlu menyertakan manusia. Kelompok yang anti-pengiriman manusia mengingatkan, program manusia bisa dialihkan ke pengembangan robot dan satelit yang jauh lebih bermanfaat, murah, dan tidak membahayakan jiwa manusia.

Menurut Francis Rocard yang merupakan ahli eksplorasi tata surya di Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (CNES) Perancis, kalau ekspedisi Apollo yang membawa astronot ke Bulan tahun 1969 ”hanya” berbiaya 25 miliar dollar AS, program yang sama saat ini bisa menelan biaya 165 miliar dollar AS.

"Mengirim manusia ke Mars lebih mahal lagi, 200 miliar dollar AS-300 miliar dollar AS. Dengan misi tanpa manusia yang membawa sampel tanah kembali ke Bumi, cukup 5 miliar dollar AS-10 miliar dollar AS," ujar Rocard.

Perwujudan mimpi

Misi Cassini Huygens yang mengeksplorasi Saturnus dan bulan-bulannya menelan biaya 3,25 miliar dollar AS. Adapun mendaratkan penjelajah Spirit dan Opportunity di Mars mencapai 820 miliar dollar AS. Bandingkan dengan biaya Stasiun Antariksa Internasional—kerja sama Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Kanada, dan Eropa—yang diperkirakan 100 miliar dollar AS.

Mereka yang menentang pengiriman manusia ke antariksa tampaknya lupa hakikat manusia yang paling dasar: keingintahuan, penjelajahan, dan terutama upaya melampaui batas kemanusiaannya.

Tidaklah mengherankan bila Presiden Medvedev menegaskan, misi berawak manusia adalah jantung program antariksa Rusia. Kehadiran manusia tidak hanya mencari jawab untuk memahami semesta, tetapi juga berpikir kreatif selama penjelajahan: melihat kelebihan dan kekurangan wahananya dan bisa segera bertindak bila menemukan hal luar biasa di antariksa.

Apalagi sejak awal peradaban, manusia selalu penasaran dengan kondisi semesta. "Sendiriankah manusia atau ada makhluk pintar lain di alam raya?"

Neil Amstrong, manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan pada 20 Juli 1969, membuktikan tidak ada kehidupan di Bulan. Namun, bagaimana kemungkinannya di Galaksi Bima Sakti dan galaksi-galaksi lain?

Penelitian asal-usul kehidupan oleh Stanley Miller, kandidat doktor biokimia di University of Chicago, tahun 1953 membuktikan bahwa senyawa organik asam amino yang menjadi dasar penyusun kehidupan begitu mudah terbentuk bila kondisi mirip atmosfer Bumi purba: ada hidrogen, air, metana, amonia, dan energi cahaya. Pertanyaannya, adakah kondisi serupa di luar Bumi kita?

Saat ini para ilmuwan memang baru sampai ke tahap memindai dan mendengarkan pola-pola emisi elektromagnetik, seperti gelombang radio atau televisi, untuk mendeteksi keberadaan peradaban lain di semesta.

Namun, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, bukankah bertualang menjelajah antariksa dan bertemu segala bentuk kehidupan layak dicoba manusia sendiri? Film-film fiksi Lost in Space, Star Trek, Star Wars, atau bahkan Avatar adalah perwujudan mimpi-mimpi yang mengantar manusia sampai ke pengetahuan hari ini. Itulah nilai misi manusia ke antariksa.

Banyak Rahasia di Balik Misi Gagarin



Kantor Berita RIA-Novosti Angkasawan Uni Sovet Kapten Yuri Gagarin sebelum penerbangannya ke angkasa luar yang menjadi pertama kali dalam sejarah manusia (Baikonur, 12 April 1961)

Di luar arti historisnya dalam membuka era baru penjelajahan umat manusia ke luar angkasa, misi perdana Yuri Gagarin, 50 tahun silam, pada dasarnya tetap saja sebuah misi politik. Misi itu menjadi bagian tak terpisahkan dari perang ideologi pada era Perang Dingin.

Untuk menunjukkan bahwa ideologi komunis menang satu langkah di depan seterunya, ideologi kapitalis, keberhasilan misi tersebut perlu ditampilkan dalam wajah yang terbaik. Tak boleh ada cela sedikit pun dalam setiap detailnya.

Namun, pada kenyataannya, banyak kesalahan dan kecerobohan, yang bahkan berisiko fatal, dalam misi itu. Selama setengah abad, berbagai kesalahan itu dirahasiakan atau ditutup-tutupi dengan kebohongan.

Ilmuwan roket veteran Uni Soviet, Boris Chertok (99), mengatakan kepada kantor berita Interfax, Jumat pekan lalu, paling tidak ada 11 kesalahan dan kondisi abnormal terjadi selama 108 menit misi penerbangan Gagarin ke orbit pada 12 April 1961.

"Jika waktu itu kami sudah memperhitungkan keandalan kapal (luar angkasa Vostok) menurut standar modern, kami tak akan berani mengirimkan manusia ke angkasa," tutur Chertok, yang merupakan rekan kerja Sergei Korolev, desainer legendaris pesawat Vostok.

Salah satu masalah yang muncul adalah berat Gagarin setelah memakai baju kosmonotnya ternyata 14 kilogram lebih berat dari batas yang diizinkan. Untuk meringankan bobot, para pelaksana program ini bukannya menunda misi dan menerapkan diet ketat agar berat badan Gagarin turun, melainkan memilih memotong beberapa kabel di dalam pesawat. Alhasil, beberapa kabel yang mengaktifkan pembacaan sensor tekanan udara dan temperatur pun ikut terpotong tak sengaja.

Selain itu, roket peluncur pun membawa Vostok ke orbit yang salah, melenceng beberapa kilometer dari target awal. Akibatnya, jarak maksimum dan minimum wahana tersebut dari Bumi selama mengorbit berbeda dengan perhitungan awal.

Perbedaan ini bisa berakibat fatal. Sebab, apabila mesin Vostok terkena gangguan dan Gagarin harus mendaratkan kembali pesawatnya menggunakan teknik pengereman atmosfer, dia baru bisa mendarat sebulan kemudian, tidak seminggu seperti perhitungan semula. Padahal, Gagarin hanya membawa cadangan makanan untuk 10 hari.

Kebohongan terungkap

Berbagai kecerobohan yang berbahaya juga baru terungkap setelah catatan rekaman pembicaraan Gagarin dengan menara kontrol sebelum peluncuran dibuka untuk umum oleh Pemerintah Rusia, pekan lalu.

Dalam catatan rahasia tersebut terungkap bahwa pada detik-detik menjelang peluncuran, Gagarin masih diminta mengikat salah satu peralatan di dalam kapsul Vostok menggunakan pita perekat.

"Kami lupa merekatkan barang itu," demikian pihak menara kontrol berkata.

Beberapa saat kemudian, ia disuruh memperbaiki posisi pintu masuk pesawat karena salah satu lampu di panel kendali utama tidak mau menyala.

Penerbangan manusia pertama ke orbit itu dilakukan setelah dua penerbangan percobaan menggunakan awak binatang pada akhir 1950-an gagal total. Dua binatang tersebut, salah satunya anjing bernama Laika, mati hanya beberapa jam setelah peluncuran karena kepanasan.

Hanya sebulan sebelum penerbangan Gagarin, tim berhasil mengorbitkan dua pesawat Vostok yang telah dimodifikasi dalam keadaan tanpa awak. "Dewan perancang (pesawat) dan komisi negara memutuskan penerbangan berawak manusia bisa dilakukan setelah hanya dua keberhasilan penerbangan pesawat tak berawak," tutur Chertok dalam sebuah pertemuan di perusahaan pembuat pesawat luar angkasa Rusia, Energia.

Wartawan Rusia, Anton Perfushin, dalam bukunya berjudul 108 Minutes That Changed the World juga mengungkapkan kebohongan pemerintah Uni Soviet waktu itu, yang menyatakan seluruh misi berjalan sempurna seperti direncanakan.

Padahal, tulis Pervushin dalam buku yang dibahas di harian The Daily Telegraph, 30 Maret lalu, para ilmuwan salah menghitung titik pendaratan kembali Gagarin. Akibatnya, tak seorang pun ada untuk menyambut saat dia mendarat sekitar 250 kilometer dari titik yang diperhitungkan.

Pihak Soviet juga berbohong saat mengatakan Gagarin mendarat di dalam kapsul pendaratnya. Padahal, Gagarin mendarat terpisah menggunakan parasut, yang juga hampir gagal saat parasut cadangannya tiba-tiba ikut mengembang. "Tak seorang pun boleh menyebut insiden itu saat konferensi pers," kenang Chertok.

Aquarius Akan Pantau Lautan dari Langit

NASA Aquarius

Sesuai nama Dewa Laut dalam mitologi Yunani, wahana satelit terbaru NASA yang diberi nama Aquarius akan segera diluncurkan dan digunakan untuk memantau kondisi lautan. Pada 9 Juni mendatang, NASA berencana meluncurkan wahana ruang angkasa terbarunya itu.

Satelit baru ini akan sangat bermanfaat bagi para ilmuwan yang mempelajari siklus air di bumi serta hubungannya dengan arus laut dan iklim. Aquarius memetakan konsentrasi larutan garam di permukaan laut yang akan melengkapi data hasil pengamatan temperatur permukaan laut yang telah lebih dulu dimonitor melalui satelit.

Aquarius juga akan menyediakan data terkini tentang kadar garam di lautan sehingga para ilmuwan dapat memahami kaitan kadar garam dengan curah hujan dan penguapan, atau pencairan dan pembekuan es, serta pengaruhnya terhadap perbedaan iklim.

Aquarius dilengkapi dengan instrumen radiometer gelombang mikro, sebuah komponen yang dikembangkan untuk mengukur kadar garam dari luar angkasa. "Radiometer ini adalah radiometer paling stabil dan akurat yang dikembangkan untuk melakukan pemantauan dari luar angkasa," kata Shannon Rodriguez-Sanabria, seorang spesialis komunikasi gelombang mikro di Goddard Space Flight Center, NASA, Greenbelt, Md.

Selama melakukan misinya, Aquarius akan mengumpulkan data secara terus-menerus ketika terbang pada orbit dekat-kutub dan mengelilingi bumi 14-15 kali sehari. Sudut pandang instrumennya yang mencapai bentangan selebar 390 kilometer akan memasok peta global setiap tujuh hari. Data ini kemudian digabungkan untuk menghasilkan data bulanan yang lebih akurat selama misi berlangsung serta dirancang agar bisa jadi acuan minimal dalam jangka waktu tiga tahun

Minggu, 10 April 2011

Macam-Macam Hujan Meteor yang Sering Menghantam Bumi



1. Hujan meteor Orionid

Hujan meteor orionid muncul tiap tahun, dan puncaknya di sekitar tanggal 21 Oktober. Hujan meteor ini sangat jelas terlihat dan tampak sampai 20 meteor hijau dan kuning tiap jamnya. Orionid adalah nama cahaya meteor yang berada di langit di tempat titik mereka berasal.

http://arif-nma.com/wp-content/uploads/2010/10/orionid.jpg

Meteor ini bisa dilihat di seluruh penjuru langit tapi garis pergerakan mereka akan selalu menunjuk ke arah cahaya. Cahaya meteor orionid terletak di dekat konstelasi Orion.

Dan hujan meteornya disebabkan oleh Komet Halley yang orbitnya sekitar 75-76 tahunan.

Gambar di atas adalah meteor orionid yang berada di bawah galaksi bimasakti dan di sebelah konstelasi Venus.


2. Hujan meteor Perseid

Meteor Perseid adalah meteor yang mungkin bisa kita lihat paling jelas dan biasanya terlihat di belahan bumi bagian utara pada saat malam di musim panas yang hangat. Terang dan banyak, perseid dikaitkan dengan komet swift-tuttle yng menakjubkan.

http://www.indonesiafirst.com/wp-content/uploads/2010/08/meteor-perseid.jpg

Meteor ini tampaknya berasal dari sebuah cahaya di rasi Perseus dan terjadi ketika bumi melewati aliran meteor yang dikenal dengan nama awan perseid yang sebenarnya adalah residu dari ekor komet swift-tuttle.

Sebagian besar debu dari awan Perseid berumur ribuan tahun, walaupun ada beberapa diantaranya adalah debu muda yang menguap dari komet pada tahun 1862.

Hujan meteor perseid telah diamati sekitar 200 tahun lalu dan biasanya terlihat mulai pertengahan Juli dan puncaknya pada tanggal 12 Agustus tiap tahunnya.


3. Geminid meteor shower

Meteor ini bukan seperti meteor lain yang lahir dari sebuah komet, melainkan mereka berasal dari sebudah asteroid, yaitu sebuah planetoid berbatu di dekat bumi yang bernama Phaeton 3200.

http://laist.com/attachments/la_carrie/meteor%20shower.jpg

Pada umumnya asteroid tidak menghasilkan debu ke angkasa dan bahkan diperkirakan asteroid ini sebelumnya adalah sebuah komet.

Orbit Phaeton berbentuk elips seperti komet dan bahkan yang membawanya mendekati matahari melebihi orbit merkurius.

Geminid pertama muncul 150 tahun yang lalu, dan semenjak itu mereka menghujani bumi secara regular tiap tahun pada pertengahan Desember.

Mereka diperkirakan akan lebih banyak pada tiap tahunnya dan hujan meteor baru-baru ini telah terlihat lebih dari ratusan meteor menghiasi langit.


4. Quadrantid meteor shower

Banyak kilatan meteor yang terlihat pada gambar di bawah ini, meskipin terhalang oleh cahaya hijau aurora disebelah kanannya.

Cahaya merah yang terlihat sebelah kiri merupakan cahaya pesawat astronom NASA DC-8 yang terbang diatas kanada untuk meneliti hujan meteor Quadrantid.

http://blog.oregonlive.com/living_impact/2009/08/large_meteor_9.JPG

Dengan bantuan kamera khusus yang dapat menghasilkan gambar komposit yang menggabungkan eksposur singkat, para peneliti berharap dapat mengetahui dari mana awalnya hujan meteor ini berasal.

Karena kuatnya penampakan meteor ini, pada Januari awal, hujan meteor ini secara tentative diidentifikasikan sebagai planet kecil yang dinamakan planet 2003 EH1.

Kemungkinan meteor ini juga diamati oleh astronom dari cina, jepang dan korea semenjak setengah milenuim lalu. Pada puncak penampakannya, hujan meteor ini akan bisa dilihat kurang dari 1 jam.