BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 28 Mei 2011

Simulasi Perjalanan ke Asteroid Dimulai



NASA
Ilustrasi simulasi pendaratan di asteroid yang akan dilakukan di dasar laut.

NASA akan memulai simulasi misi ke asteroid dalam waktu dekat. Uniknya, simulasi misi ini dilakukan di lautan. Ilmuwan dan insinyur saat ini telah menuju National Oceanic and Atmospheric Administration Aquarius Underwater Laboratory di dekat Key Largo, Florida, untuk melakukan tes pada beberapa konsep yang dirancang.

Tim peneliti yang tergabung dalam NASA Extreme Environment Mission Operations (NEEMO) akan menginvestigasi beberapa tahap misi ke asteroid. Tahap itu meliputi bagaimana memasang jangkar pada asteroid, bagaimana harus bergerak di asteroid, dan cara terbaik untuk mengoleksi data.

"Bahkan para ahli belum mengetahui bagaimana rupa permukaan asteroid. Ada kemungkinan kita akan mengunjungi asteroid yang belum pernah kita ketahui. Jadi, kami berupaya menemukan cara terbaik," kata Manager Proyek NEEMO, Bill Todd, seperti dikutip dari situs the Daily Mail, Selasa (10/5/2011).

Tak seperti planet atau bulan, ukuran asteroid relatif kecil sehingga mungkin tak ada gravitasi yang cukup untuk menarik astronot ataupun kendaraan luar angkasa. Dengan demikian, jangkar diperlukan. Tim NEEMO akan meneliti cara memasang jangkar dan cara menggabungkan jangkar, apakah garis lurus atau seperti jari-jari roda gerobak.

Rencananya, tim peneliti akan menghabiskan waktu 5 bulan untuk menganalisis konsep sebelum mengaplikasikannya pada Oktober mendatang. Selama tes ini, ilmuwan akan bekerja di dasar laut dan tinggal di Aquarius. Ilmuwan akan kembali ke permukaan laut dan melengkapi peralatan tertentu jika diperlukan.

Astronom Tangkap Citra 20 Juta Bintang



Nick Risinger/skysurvey.org
Foto yang diambil Risinger dari berbagai lokasi di Bumi. Foto ini bisa diperbesar hingga jutaan bintang terlihat.

Astronom amatir Nick Risinger (28) boleh dikatakan nekat. Ia berhenti dari pekerjaannya sebagai marketing director di sebuah perusahaan di Seattle, Amerika Serikat, dan memutuskan berkelana menemukan tempat terbaik untuk memotret langit dengan jutaan bintangnya.

Namun, kenekatannya patut diacungi jempol. Ia berhasil memotret 37.440 citra langit yang kemudian disatukan menjadi citra interaktif 360 derajat yang menakjubkan. Citra beresolusi 5.000 megapiksel itu menggambarkan galaksi Bimasakti dan lebih dari 20 juta bintang.

Untuk memotretnya, Risinger berkelana ke wilayah terpencil di bagian barat Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Risinger membagi langit menjadi 624 wilayah dan memotret tiap bagian itu. Ia merencanakan pemotretan saat mulai Bulan baru ketika langit benar-benar gelap.

Agar memperoleh gambar tajam, Risinger menggunakan enam kamera pada tripod yang menyesuaikan dengan gerak rotasi Bumi. Bila banyak citra untuk kepentingan ilmiah menggunakan warna merah dan biru, Risinger menambahkan warna hijau untuk meningkatkan kedalaman gambar.

Menyelesaikan petualangannya pada Januari lalu, risinger mulai menyatukan gambar. Dengan software di komputernya, ia mengenali setiap frame foto dan memadukannya. Ia menyelesaikannya proyek "gila" itu dua minggu lalu, mem-posting gambarnya di situs web-nya, skysurvey.org.

Risinger mengatakan, "Ini bukanlah gambar yang bisa digunakan secara ilmiah. Ini adalah untuk apresiasi dan edukasi." Ia menambahkan, tujuan misinya bukanlah untuk uang, melainkan ia berharap bisa menjual versi cetak fotonya agar web yang dikelolanya tetap running.

Hingga saat ini jutaan orang telah mengakses foto di skysurvey.org. Di situs web-nya terdapat pula tawaran memberikan donasi sehingga proyek yang dijalankan Risinger terus berjalan dan lebih banyak lagi foto langit bisa dipublikasikan.

10 Planet "Musafir" Ditemukan




NASA Planet pengembara dalam ilustrasi rekaan NASA

Astronom berhasil menemukan 10 planet "musafir" di galaksi Bimasakti, arah gugusan bintang Sagitarius. Layaknya musafir, planet itu berjalan dalam kesendirian, tanpa planet lain dan tanpa bintang sebagai induknya, mengambang bebas. Menurut ilmuwan, massa dan komposisi 10 planet tersebut ekuivalen dengan Jupiter dan Saturnus, terutama terdiri dari helium dan hidrogen.

Daniel Bennet, astronom dari University of Notre Dame yang terlibat penelitian ini, mengatakan, "Kami memperkirakan planet-planet itu terbentuk di sekitar bintang dan selanjutnya, dalam tahap lanjut formasinya, mereka terlontar keluar, terutama akibat interaksi dengan planet lain."

Berdasarkan penemuan terakhir, diperkirakan ada banyak planet mengambang bebas di angkasa, tanpa bintang yang berjarak kurang dari 10 kali jarak Bumi-Matahari. Menurut estimasi Bennet, total planet mengambang bebas adalah 1,8 kali lebih banyak dari jumlah bintang. "Ini sedikit lebih besar dari yang orang perkirakan," kata Bennet. Banyak planet mengambang bebas yang tidak terlihat.

Mengungkapkan proses penemuan planet-planet itu, Bennet mengatakan, "Survei kami seperti sensus populasi. Kami mengambil sampel di galaksi dan berdasarkan data itu kami bisa memperkirakan jumlah total (planet musafir) di galaksi." Menurut dia, survei ini hanya sensitif dengan planet berukuran sebesar Jupiter. Namun, diperkirakan planet yang lebih kecil seperti sebesar Bumi lebih mudah terpental dari dekat bintangnya.

Bennet mengungkapkan, planet mengambang bebas sebesar Bumi berpotensi mendukung kehidupan. "Ada beberapa paper yang mengatakan bahwa planet mengambang bebas sebesar Bumi memiliki temperatur yang mendukung kehidupan. Alasannya adalah bila mereka tak dekat dengan bintangnya, maka tak punya mekanisme menghilangkan atom hidrogen dari atmosfer, itu bisa menjadi gas rumah kaca yang efektif," urai Bennet.

Gas rumah kaca yang efektif sangat menentukan kemampuan planet mengambang bebas sebesar Bumi dalam mendukung kehidupan. Seperti Bumi, planet itu memang memiliki material radioaktif yang penguraiannya bisa menghasilkan panas. Namun, panas yang dihasilkan 10.000 kali lebih kecil dari panas Matahari sehingga gas rumah kaca diperlukan untuk menjaga agar temperatur planet itu tetap tinggi.

Di luar mampu tidaknya planet tersebut mendukung kehidupan, penemuan planet mengambang bebas ini bisa membantu ilmuwan untuk memahami proses pembentukan dan evolusi sistem keplanetan. Salah satu pandangan yang berkembang mengatakan, sistem keplanetan sering tidak stabil dan ada beberapa planet yang kemudian terlontar keluar dari sistemnya. Penemuan 10 planet mengambang bebas ini bisa mendukung pandangan itu.

Dalam observasi yang berakhir pada penemuan 10 planet mengambang bebas ini, Bennet dan timnya menganalisis data dari observasi di wilayah gembungan Bimasakti. Data direkam menggunakan teleskop Microlensing Observation in Astrophysics selebar 1,8 meter di Selandia Baru. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature yang terbit Rabu (18/5/2011) minggu lalu.

Energi Gelap Bikin Semesta Mengembang


Kluster galaksi yang dipotret Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Dark Matter atau materi hitam adalah jenis materi yang mengisi alam semesta namun masih dulit diobservasi.

Survei selama lima tahun pada 200.000 galaksi membuktikan bahwa energi gelap terbukti membuat semesta mengembang dengan percepatan tertentu. Penemuan itu didasarkan pada observasi menggunakan wahana Galaxy Evolution Explorer NASA dan Anglo Australian Telescope di Siding Spring Mountain, Australia.

Awalnya, astronom menggunakan peta galaksi 3D hasil pencitraan Galaxy Evolution Explorer. Selanjutnya, dengan Anglo Australian Telescope, astronom mencari pola jarak antargalaksi, jarak galaksi dengan Bumi, dan kecepatan galaksi menjauh dari Bumi. Dengan peta galaksi, astronom juga mempelajari bagaimana kluster galaksi berkembang.

Berdasarkan analisis, jarak antargalaksi pada permulaan semesta sekitar 500 juta tahun cahaya. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa jarak antargalaksi tersebut semakin menjauh. Gravitasi pada kluster galaksi menarik galaksi-galaksi baru, tetapi energi gelap seolah justru mendorongnya keluar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa energi gelap adalah konstan secara kosmologis. Chris Blake, pimpinan investigasi dari Swinburne University of Technology, Melbourne, mengatakan, "Aksi energi gelap seperti ketika Anda melempar bola ke udara dan menjaganya tetap bergerak semakin cepat ke atas."

Penemuan ini mendukung teori bahwa energi gelap bertindak sebagai gaya konstan yang secara tetap memengaruhi semesta, membuatnya mengembang. Sekaligus, hasil ini membantah teori alternatif bahwa penyebab mengembangnya semesta adalah gravitasi yang bertindak sebagai gaya dorong ketika jarak antarbenda jauh.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Royal Astronomy Society. Energi gelap sendiri adalah bentuk energi yang mendominasi semesta, terdiri atas sekitar 74 persen. Materi gelap yang sampai saat ini masih misterius berjumlah 22 persen di semesta. Sementara materi "normal" yang kita kenal, seperti yang menyusun makhluk hidup, hanya 4 persen.

http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1389206/Dark-energy-DOES-exist-increasingly-driving-universe-apart-scientists-claim.html