BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 02 April 2011

Parah, Polusi Cahaya di Kota Besar Jawa



KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Pemadaman listrik selama satu jam pada peringatan Earth Hour di Kawasan Monumen Nasional, Sabtu (27/3/2010) malam.

KOMPAS.com - Momen Earth Hour yang berlangsung Sabtu malam dimanfaatkan sejumlah astronom amatir untuk merayakan Globe at Night, sebuah gerakan untuk meminimalisir polusi cahaya. Tujuannya tak cuma berkaitan dengan hemat energi dan perubahan iklim, tetapi juga menciptakan langit yang lebih gelap sehingga mendukung kegiatan astronomi.

Pengamatan diantaranya digelar di Yogyakarta oleh Jogja Astro Club. Mutoha Arkanuddin, salah satu anggota komunitas tersebut mengatakan, pengamatan berhasil mengidentifikasi bintang pada magnitud 3. Terdapat magnitud 1 hingga 7 untuk mengukur kegelapan dan kecerahan langit malam, semakin tinggi magnitud maka semakin banyak bintang yang terlihat.

Di Jakarta, pengamatan dilakukan oleh Himpunan Astronom amatir Jakarta (HAAJ). Sayangnya, langit mendung sehingga tak satu pun bintang bisa teramati. Hal serupa terjadi di Bandung. Avivah Yamani dari Langit Selatan mengatakan, "Tadi malam saya nggak pengamatan ya. Masalahnya kan di sini mendung dan hujan deras, jadi pengamatan nggak bisa dilakukan," ungkapnya.

Meski beberapa pengamatan gagal dilakukan, namun komunitas astronom tersebut bertutur tentang polusi cahaya di kotanya. Mutoha misalnya, mengatakan, "Kalau kita lihat, polusi cahaya di kota Jogja ini sudah cukup parah karena kita hanya bisa lihat hingga magnitud 3." Wilayah yang masih mendukung pengamatan adalah selatan Yogyakarta dan Gunung Kidul.

Sementara Muhammad Rayhan dari HAAJ juga mengatakan bahwa polusi cahaya di Jakarta sudah seperti tak tertolong lagi. Avivah mengatakan, "Polusi cahaya kalau di Bandung itu parah karena ada mall banyak. Selain itu ada tempat wisata, factory outlet, kafe, itu kan sampai tengah malam. Jadi sampai malam itu kota itu masih terang benderang."

Sumber polusi cahaya, selain dari perumahan juga dari penerangan jalan. Menanggulangi polusi cahaya bisa dimulai dari rumah. Avivah mencontohkan, "Paling mudah untuk meminimalisir polusi cahaya adalah memakai cup pada lampu. Dengan cup, cahaya hanya terfokus ke daerah tertentu, tidak ke langit. Ini sudah membantu meminimalkan"

Selain itu, ia mengatakan bahwa sumber cahaya yang ada di jalan sebenarnya bisa dimatikan setelah lewat tengah malam. "Dari baliho iklan itu kan kalau malam mungkin juga sudah tidak ada yang melihat. Itu bisa dimatikan setelah jam 12 malam," papar Avivah yang juga mengelola situs astronomi langitselatan.com.

Menanggulangi polusi cahaya, selain mencapai misi Globe at Night juga selaras dengan Earth Hour. Mengurangi polusi cahaya dengan cara mematikan lampu saat tak diperlukan dan membatasi pengadaan lampu dalam jumlah yang tak diperlukan juga akan mengurangi energi listrik. Ini berarti juga ikut menanggulangi dampak perubahan iklim.

Messenger Tangkap Citra Kawah Merkurius



Permukaan Planet Merkurius dalam citra yang diambil wahana ruang angkasa Messenger.

Wahana luar angkasa Messenger yang mulai mengorbit Merkurius pada tanggal 17 Maret 2011 berhasil menangkap citra pertama planet terdalam di tata surya itu. Citra tersebut menunjukkan belahan selatan Merkurius, sebuah wilayah yang didominasi oleh kawah bekas tumbukan.

Messenger menangkap foto tersebut pada Selasa (29/3/2011) sore WIB. "Foto ini merupakan foto pertama yang pernah diambil oleh wahana luar angkasa yang mengorbit planet terdalam tata surya ini," kata salah seorang ilmuwan yang menjalankan misi ini.

Pada bagian atas citra tersebut, tampak kawah selebar 85 kilometer bernama Debussy. Sebuah cahaya terang tampak muncul dari tengah kawah tersebut. Di sebelah barat Debussy, terdapat kawah lain yang lebih kecil dan selebar 15 kilometer bernama Matabei. Kawah ini dikenal dengan kegelapannya yang tak biasa.

Citra tersebut telah di-posting ke situs misi Messenger yang dikelola oleh John Hopkins University Applied Physics Laboratory. Citra itu adalah satu di antara 363 citra yang diambil dalam 6 jam pertama observasi Messenger. Diharapkan, Messenger bisa mengambil citra wilayah yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya.

Messenger masuk ke orbit Merkurius setelah 6,5 tahun perjalanan. Kini, wahana luar angkasa itu mengelilingi planet terdekat dari Matahari dalam orbit elips dengan jarak terdekat 200 kilometer dan terjauh 15.000 kilometer. Messenger yang berbiaya 446 juta dollar AS akan mengorbit dan melakukan studi Merkurius selama 1 tahun Bumi.

Penelitian ilmiah Merkurius akan dimulai pada 4 April mendatang, di mana Messenger akan mulai memetakan seluruh permukaan planet terdalam Bumi itu. Pemetaan tersebut setidaknya membutuhkan 75.000 citra Merkurius. Dengan penelitian ini, diharapkan misteri tentang geologi, sejarah, dan pembentukan Merkurius bisa terjawab.

Messenger adalah singkatan dari Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry, and Ranging. Meskipun Messenger adalah wahana pertama yang mengorbit Merkurius, ia bukan wahana pertama yang mendatangi planet itu. Sebelumnya, wahana luar angkasa Mariner 10 pernah melewati Merkurius tiga kali pada tahun 70-an.

Adakah Air di Merkurius ?


NASA
Permukaan Planet Merkurius dalam citra yang diambil wahana ruang angkasa Messenger.

Observasi Merkurius akan dimulai secara resmi pada 4 April 2011 mendatang dengan bantuan wahana luar angkasa Messenger yang sudah mengorbit di planet tersebut. Pemetaan seluruh permukaan Merkurius akan dilakukan untuk menguak misteri geologi, sejarah, dan pembentukan planet itu.

Salah satu pertanyaan yang mengemuka dalam observasi Merkurius adalah adakah air dalam bentuk es di planet itu? Dengan suhu Merkurius yang mencapai 450 derajat celsius, pertanyaan itu mungkin terkesan konyol.

Namun, Sean Solomon, pimpinan investigator Messenger, mengatakan adanya kemungkinan itu. "Bisakah es terjebak di sana? Model suhu mengatakan ya, itu mungkin. Tapi apakah es tersebut berbahan dasar air? Ada banyak spekulasi," katanya.

Sementara itu, 20 tahun lalu pernah ada data radar menemukan material reflektif di wilayah kutub planet terdekat dari Matahari itu. Material reflektif itu bisa saja air dalam bentuk es.

Jawaban positifnya mungkin akan diketahui dalam jangka waktu setahun mendatang ketika Messenger berhasil menuntaskan misinya. Bersamaan dengan itu, mungkin akan diketahui struktur inti dan alasan mengapa Merkurius berdensitas lebih rendah.

Messenger sendiri telah sampai di orbit Merkurius sejak 17 Maret 2011 setelah menempuh perjalanan selama 6,5 tahun. Wahana luar angkasa ini 2 hari lalu baru saja mengirimkan citra Merkurius berupa kawah Debussy dan Matabei.

Messenger adalah singkatan dari MErcury Surface, Space ENvironment, GEochemistry, and Ranging. Misinya bukanlah misi berbiaya murah sebab dana pembuatannya mencapai 446 juta dollar AS

Senin, 28 Maret 2011

Misteri Arca Berusia 200.000 Tahun Yang Ditemukan Di Bulan





Sebuah catatan saintis baru saja dirilis yang membuktikan bahwa permukaan bulan pernah dihuni kehidupan cerdas. Hal itu dibuktikan dari penemuan sebuah arca 10 inci di atas batu karang bulan.

Pakar Geologi Dr. Morris Charles mengungkapkan beberapa waktu lalu bahwa para ilmuwan daru laboratorium NASA telah membawa sebuah batu dari misi Apollo 11 40 tahun silam, tahun 1969. Dr. Charles adalah seorang ilmuwan dari NASA selama 23 tahun sebelum akhirnya mengundurkan diri. Tapi ia tetap menjaga hubungan dengan lembaga tempat ia bekerja dulu.

“Figur arca itu menggugah rasa keingin tahuan kita. Artinya pada suatu waktu atmosfer di bulan sangat mendukung kehidupan. Lebih dari itu, arca itu juga menunjukkan dari rasa estetika seni yang indah dari orang-orang yang membuatnya,”kata Dr.Charles kepada reporter.

Arca yang disebut sebagai “Angel” atau bidadari itu terbuat dari kombinasi besi khusus ditemukan ekslusif di sebuah tempat di ketinggian di bulan. Angel adalah arca bersosok perempuan memiliki sayap di bagian belakang dan rambut bergelombang panjang.

Ada kemungkinan arca angel didatangkan dari planet lain. Berdasar analisis kimia logam, pakar Geologi menduga bahwa arca itu berusia lebih dari 200.000 tahun, yang berarti kemungkinan ia dibuat 170.000 tahun sebelum spesis manusia muncul di bumi.

Dr. Miles Fredericks dari Universitas New York menyebutkan teori tentang legenda orang Sumeria yang menyebutkan Annunaki, dewa-dewa bersayap, yang berasal dari abad 18 SM. Mungkin orang Sumeria pernah dikunjungi penghuni bulan, yang sosoknya dijadikan imej dari arca Angel.

Walaupun banyak yang memikirkan misteri figur Angel tetapi sebagian orang menyayangkan mengapa rahasia itu disimpan begitu lama. “Artifak ini telah menjadi rahasia umum di kalangan dalam NASA selama bertahun-tahun. Tapi pejabat tinggi NASA menyimpan rahasia ini untuk mencegah kepanikan dunia.

Minggu, 27 Maret 2011

Astronom Jogja Rekam Cincin Saturnus



NASA
Planet Saturnus dan cincinnya

Bila para aktivis lingkungan memiliki perayaan Earth Hour, maka kalangan astronom pun memiliki perayaan disebut Globe at Night. Memiliki visi hampir serupa, Globe at Night mengajak masyarakat untuk peduli dengan dampak polusi cahaya terhadap lingkungan. Selain boros energi, cahaya artifisial seperti lampu merusak keindahan langit malam, mengikis kesempatan melihat banyak bintang dan mengganggu aktivitas astronomi.

Semalam, komunitas astronom amatir Jogja Astro Club (JAC) melakukan pembukaan perayaan tersebut. Pembukaan perayaan berlangsung bersamaan dengan acara Earth Hour yang juga diselenggarakan di kota gudeg itu. Dalam acara pembukaan, JAC mengajak anggota komunitas dan masyarakat setempat untuk mematikan lampu mendukung perayaan Earth Hour, melakukan pengamatan dan menonton film-film bertema astronomi.

Pengamatan oleh anggota JAC dilakukan mulai pukul 20.00-23.00. Sesuai kegiatan wajib dalam Globe at Night, dengan 5 buah teleskop para anggota komunitas itu melakukan pengamatan bintang di rasi Crux dan melaporkannya sehingga bisa menjadi database global. Pengamatan tambahan juga dilakukan pada benda-benda langit lain yang terlihat, seperti planet, komet, dan satelit.

Anggota JAC Mutoha Arkanuddin yang turut melakukan pengamatan mengatakan, "Dari observasi semalam, kita bisa mendapatkan citra cincin Saturnus beserta bulan planet tersebut. Selain itu kita juga berhasil tangkap citra yang disebut kotak mutiara di rasi Crux dan sistem bintang ganda Alpha Centauri." Dalam video reakaman itu, Saturnus beserta cincinnya tampak berwarna putih dan seperti UFO.

Mutoha menuturkan, banyak yang hal yang mengejutkan dan bisa dipelajari dari pengamatan tersebut. Misalnya, ia mengatakan bahwa banyak yang semula tak mengerti bahwa Alpha Centauri adalah sistem bintang ganda bisa paham dalam pengamatan ini. "Lalu menjelang akhir pengamatan itu saya lihat meteor. Saya sampai teriak itu," katanya saat dihubungi Kompas.com hari ini.

Sementara itu, pengamatan bintang di rasi Crux juga berhasil dilakukan. Mutoha tidak menyebutkan jumlah bintang yang berhasil teramati, namun ia mengatakan, "Kita berhasil identifikasi bintangnya pada magnitud 3. Untuk magnitud 4 dan 5 kita sudah tidak bisa identifikasi." Ia mengatakan belum bisa membandingkan dengan hasil pengamatan pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, Mutoha mengatakan, "Kalau kita lihat, polusi cahaya di kota Jogja ini sudah cukup parah karena kita hanya bisa lihat hingga magnitud 3." Ia menuturkan, dalam kondisi langit gelap dan cerah, bintang bisa teramati hingga magnitud 5. Menurutnya, kondisi tersebut masih bisa didapatkan di wilayah Yogyakarta bagian selatan dan kabupaten Gunung Kidul.

Dewasa ini, dengan semakin banyaknya wilayah tumbuh menjadi perkotaan, polusi cahaya artifisial akibat lampu semakin besar. Salah satu akibatnya adalah makin sedikitnya orang yang bisa menikmati pemandangan langit gelap beserta benda langitnya yang tampak jelas. Apa yang terjadi di Yogyakarta bisa dijumpai pula di kota-kota besar lain seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya.

Globe at Night sendiri merupakan perayaan global layaknya Earth Hour. Globe at Night mengajak masyarakat untuk mengamati bintang di rasi Leo atau Crux dan melaporkannya ke situs globeatnight.org dan membandingkannya dengan hasil pengamatan di daerah lain. Di belahan bumi utara, perayaan Globe at Night dilakukan setiap tanggal 22 Maret-4 april sementara di belahan bumi selatan tiap tanggal 24 Maret-6 April.